Bantu Bapak Pemulung Ditengah Pandemi Covid 19

by - April 08, 2020




Panic Attack dengan Harga Sembako


Melihat celotehan para emak yang berkabar jika harga sembako sudah merangsek naik dari hari ke hari ditengah pandemi. Panic attack saya kembali muncul, khawatir dengan harga besar yang awalnya biasa saya beli 55ribu per 5kg setelah seminggu menjadi 59rb, kemudian selang dua minggu harga menjadi 62rb. Haduh, pusing ini biar dapur tetap ngebul. Karena hanya suami yang mencari nafkah, jadi apa yang bisa saya bantu?


Itu baru beras ya bunda semua, belum lain-lainnya macam minyak goreng, ayam, gula pasir, dll. Pandemi covid-19 yang menyebar di wilayah Indonesia tercinta ini tepat saat umat muslim menyambut datangnya bulan ramadhan. Ada tradisi saya dan dan suami membagikan sembako pada saudara kami yang kurang mampu menjelang berpuasa.


"Kita beli sembakonya sekarang aja yuk, sebelum harga tambah naik!"

"Harus beli beberapa kantong beras, minyak, gula dan lainnya juga."

Kalimat yang saya utarakan pada suami dengan nada bicara sedikit panik.


Membantu orang lain memang dibutuhkan keikhlasan, namun yang saya pikirkan jika masih bisa membeli barang dengan harga wajar pasti yang dibagikan juga akan lebih banyak. Weekend datang, Si Kecil kami tinggal di rumah Eyang, kami bergegas ke minimarket membeli beberapa sembako. 



Bapak Pemulung yang yang renta


Himbauan pemerintah untuk bekerja dari dari rumah mungkin bisa dilakukan oleh kebanyakan pegawai kantoran. Kenyataannya masih banyak masyarakat di sekitar kita yang hidup dengan mengandalkan upah harian. Ketika menghitung jumlah orang yang akan diberi sembako, saya mengusulkan Bapak pemulung yang sudah renta. Kira-kira usianya sudah menginjak kepala 7 namun kegigihannya mengayuh sepeda mengumpulkan kardus, botol plastik masih tergambar jelas disetiap langkahnya.



"Ini kalau lihat Bapak pemulungnya kemarin langsung dikasihkan sembakonya !" perintah suami tercinta.



#IbuBantuIbu



Pagi ini saya melihat postingan disalah satu akun instagram teman tentang #IbuBantuIbu. Sebuah gerakan saya sebagai ibu yang sepatutnya ikut berbuat baik membantu sesama ditengah pandemi. Pandemi yang membuat para pekerja harian pusing tujuh keliling untuk menafkahi anak dan istrinya. Jadi gerakan ini ditujukan untuk membantu para Ibu atau Bapak yang kesulitan mendapatkan penghasilan.


Matahari yang mulai memanas, saya dan Si Kecil keluar untuk berjemur sekaligus belanja sayur di Ibu sayur keliling. Ketika lelarian mengejar Si Kecil yang bahagia bermain di luar rumah, Bapak pemulung melewati kami dengan sepeda tuanya. Sepeda usang dengan bagian belakang ada keranjang kanan dan kiri belum penuh dengan kardus, masih ada bagian yang kosong.


"Pak... pak..."

"Mriki sekedap, pinarak rumiyin nggih, kulo pendhet sekedap(Kesini sebentar, duduk dulu ya, saya ambil sesuatu sebentar," ucap saya.


Saya membawa Si Kecil naik dan mengambil sebungkus sembako.


"Niki enten beras, minyak goreng sekedhek nggih Pak(Ini ada ada beras, minyak goreng sedikit Pak)."

"Niki kangge tumbas lawohan(Ini buat beli lauk)." sedikit uang cash untuk Bapaknya.

"Niki masker mangkeh diagem nggih Pak(Ini masker nanti dipakai ya Pak)."





Teriring doa dari mulut Bapak pemulung, ini merupakan apresiasi yang tak ternilai dari seorang Kakek penuh semangat.


Memang bukan seorang ibu yang saya bantu, tapi setidaknya untuk beberapa waktu istri Bapak ini tidak khawatir dengan beras yang akan dimasaknya.


Karena usia yang sudah renta, Bapak pemulung ini tidak kuat bernafas jika memakai masker. Nafasnya terengah-engah sekalipun posisi duduk santai. Hati ini  seperti ditusuk duri, Kakek-kakek yang menghitam kulitnya, berat nafasnya masih semangat mengayuh sepeda mengumpulkan barang bekas.


" Berbagi bukan seberapa besar dan seberapa berharganya hal yang bisa saya beri, namun seberapa tulus dan ikhlasnya apa yang saya punya untuk dibagikan.
Berbagi adalah bentuk lain dari rasa bersyukur, berbagilah dengan sesama."





You May Also Like

2 komentar

  1. Masya Allah mb oky tadi sore saya mewek sama penjual keripik tempe ...singgah ke rumah menawarkan dagangannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran deh Um,kalo ada orang tua yang masih kerja keras suka meleleh yak.. semoga selalu diberi kesehatan .

      Hapus