Pendidikan Seksualitas Sejak Dini, Perlukah Membedakan Mainan Antara Anak Laki-Laki dan Perempuan
Perihal seksualitas yang konon tabu bagi anak kecil, kini bisa dikemas dengan fun education. Sehingga anak mempunyai pemahaman yang benar dari orang tuanya. Kenapa harus sejak dini diajarkan tentang seksualitas ? Karena ini salah satu fitrah yang harus dijaga dan dikuatkan.
Lalu, saya dan dan ibu-ibu semua bisa belajar dari materi dan diskusi kami di kelas bunsay.
Presentasi dari tim 2 ini menyajikan materi yang berjudul "Pendidikan Seksualitas Sejak Dini". Materinya bisa dibaca lengkap disini ya. Ada poin-poin penting yang harus kita gali lebih dalam untuk membekali anak terkait pendidikan seksualitas ini.
🏵️ Fitrah Seksualitas itu sendiri
🏵️ Mengapa
pendidikan fitrah seksual perlu dilakukan sejak dini?
🏵️ Tahapan pendidikan fitrah seksualitas dan stimulasi yang diberikan, yang dibagi menjadi 3 fase.
🏵️ Tahapan indikator untuk mengetahui apakah proses pendidikan yang dilakukan telah sesuai.
🏵️ Gols fitrah seksualitas(peran seorang ayah, peran fitrah keibuan)
Dari materi yang dibagikan banyak ilmu yang bisa saya terapkan pada anak.
Haruskah Mainan Anak Sesuai Gender ?
Perlukah Membedakan Mainan Anak Laki-laki dan Perempuan? Mainan merupakan sesuatu yang melekat sekali dengan keseharian anak-anak kita. Sebagai orang tua kita pun sering memilah jenis mainan yang tepat sesuai jenis kelamin Si Kecil. Dan saya masih kerap mendengar kalimat berikut:
“Anak kita, kan, anak laki-laki, kok main masak-masakan?”
Ya, mungkin tanpa sadar suami berucap demikian. Padahal, menurut para ahli, permainan anak sebaiknya tidak dibatasi, dibedakan, atau memisahkan mainan untuk anak laki-laki dan anak perempuan.
Pernyataan di atas senada pertanyaan dari teman-teman yang dijawab jelas oleh mbak Hessa perwakilan dari tim 2.
Pertanyaan
1. Dari Oky
Pertanyaan
apakah permainan anak harus disesuaikan dg gender anak.?
Bagaimana dg anak yg suka main masak2an ?
2. Dari Widi
Pertanyaan
Sepenting apa membedakan mainan sesuai gender? Batasan gender ini seperti apa? Apakah terkait pekerjaan yang umun dilakukan oleh Ayah atau oleh Ibu?
Jika terkait dengan pekerjaan sebagai Ayah atau Ibu, bagaimana mensiasati agar mainan yang dibatasi gender ini tidak meneruskan budaya patriarki yang membuat seorang ayah tidak peka untuk membantu Ibu dan serba dilayani.
Jawaban
Mainan sesuai gender ini lebih kepada hal-hal yang lebih spesifik sifatnya.
misalnya cowok lebih ke mainan-mainan yang maskulin.
anak-anak cewek lebih ke mainan yang feminim.
Menurutku pribadi, anak cowok main masak-masakan ini ga ada masalah. Allah juga memberikan peran para lelaki untuk berprofesi sebagai koki/chef. Sehingga masak-masakkan bukan hal yang terlalu feminis.
kalau anak cowok main boneka barbie, boneka bayi, make up, nah ini memang hal yang salah.
Tapi kalau boneka binatang gimana? menurutku pribadi, ini ga masalah. toh, terkadang kita mendongeng itu butuh media. dan tak jarang menggunakan boneka binatang sebagai media dongeng, dan sifatnya universal, anak cowok maupun anak cewek.
Mungkin akan ada beberapa pertanyaan juga terkait ini:
Apakah merupakan produk bawaan (nature) atau karena pola asuh (nurture)?
Apakah anak-anak secara alami atau punya bawaan untuk memilih objek tertentu ataukah karena pengaruh pola asuh dari orangtuanya yang memengaruhi anak di awal kehidupannya?
Sebuah studi menunjukkan bahwa ketertarikan berdasarkan gender sudah ada bahkan sebelum bayi bisa merangkak.
Ketika diperlihatkan pada tujuh macam mainan, bayi laki-laki berusia 9 bulan spontan mengambil mobil-mobilan, bola, serta mainan penggali pasir, dan cuek pada boneka beruang dan peralatan memasak. Bagaimana dengan para bayi perempuan? Pada usia yang sama, mereka juga lebih tertarik pada boneka, sayuran plastik, serta miniatur satu set cangkir.
Sara Amalie Thommessen, (dari City University, London, Inggris) menyimpulkan bahwa anak laki-laki lebih menyukai mainan yang bergerak, sedangkan anak perempuan memilih mainan yang memiliki profil wajah atau mainan yang mendukung naluri mengasuh.
Walter Gilliam, pakar perkembangan anak mengatakan bayi sudah mampu menangkap banyak hal di usianya yang baru 9 bulan.
Ketertarikan pada suatu objek berdasarkan perbedaan gender akan lebih nyata saat anak bertambah besar. Di usia 27 bulan hingga 36 bulan, anak perempuan menghabiskan 50 persen waktu bermainnya untuk main boneka. Sementara itu 87 persen waktunya dihabiskan anak laki-laki untuk main mobil-mobilan dan bola.
Professor Melissa Hines dari Cambridge University berhasil mengidentifikasi perbedaan gender dalam preferensi mainan. Ada beberapa bukti bahwa otak anak laki-laki didesain untuk mengekspresikan minat awal pada permainan kasar dan fisik serta mainan yang bergerak (seperti mobil-mobilan), sementara perempuan memilih boneka dan bermain peran.
Pentingkah memfasilitasi anak dengan mainan sesuai gender?
dr. Markus menyatakan bahwa Gender itu penting, namun tidak mutlak dari awal harus dibatasi ini itu, yang pasti tetap perlu diarahkan.
Mengenalkan mainan sesuai gender bisa dimulai sejak usia anak 2 tahun (dr. Markus Danusantosa, SpA.)
Kalau ternyata anak lebih memilih mainan tidak sesuai gender, arahkan cara bermainnya. Misalnya anak perempuan cenderung memilih main mobil-mobilan. Saat anak itu memainkan mobil-mobilan, ambilkan boneka. Ini agar dalam proses permainan ada dua benda berbeda. Seolah-olah kita bandingkan mainan. Kita tidak perlu kaku membatasi bahwa ini mainan anak laki-laki dan itu mainan anak perempuan. Bisa dengan pengalihan seperti memasukkan unsur feminin pada anak perempuan, atau unsur maskulin untuk anak laki-laki.
Orangtua perlu memperhatikan mainan yang akan diberikan pada anak-anak. Orientasi jangka panjangnya adalah menjaga anak-anak dari perilaku menyimpang. Pemberian mainan edukatif yang tepat sesuai jenis kelamin diharapkan dapat membantu membentuk karakter dan kepribadian anak. Akan lebih baik jika ayah bunda membelikan mainan edukatif yang mengandung nilai-nilai religi.
Pd tahap awal (usia 0-6) th disarankan anak lebih banyak bermain dgn org tua yg sesuai gendernya (anak laki2 dgn ayah, dan anak perempuan dgn ibu) dan memainkan mainan yg sesuai gendernya krn pd tahap awal ini adalah usia penting untuk menanamkan identitas gender ke anak. Ibarat kalo sedang membuat bangunan, maka tahap awal ini adalah pondasi bagi anak u mengenali gendernya 🙏🏻
Fakta pada saat ini menunjukkan bahwa jenis mainan anak amatlah banyak. Dan dari jumlah tersebut, jenis-jenis mainan tidak mutlak terbagi untuk gender laki-laki dan perempuan. Ada banyak jenis mainan yang bisa dimainkan bersama, seperti balok, lego, playdoh, rumah-rumahan dengan segala perabotnya, pasir, dan banyak mainan edukatif lain. Hasil pengamatan saya ketika sejumlah anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, tetap ada perbedaan kecenderungan mereka dalam memainkan mainan umum tersebut. Misalnya anak laki-laki lebih suka menyusun lego menjadi kendaraan atau bangunan bengkel, sementara anak perempuan lebih suka menyusun istana dan kebun cantik.
Dalam kondisi anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, untuk menstimulus kemampuan kognitif dan motorik anak, pemberian mainan tetap dapat bervariasi. Lalu biarkan mereka memainkannya sesuai imajinasi mereka. Pendampingan dan pengarahan dari orang tua berperan dalam menjaga permainan agar tidak menyimpang. Selanjutnya mungkin kita akan mendapati anak-anak laki-laki dan perempuan berada dalam permainan bersama dimana mereka bekerja sama dengan tetap memposisikan diri mereka sesuai gendernya.
Menurut pendapatku pribadi, terkait anak laki-laki maupun perempuan wajib dikenalkan tentang tugas-tugas domestik.
kalau aku, sambil tak ceritain tentang kebiasaan Rosulullah.
Bahwa budaya yang harus diteladani adalah budayanya Rosul. sehingga masalah pekerjaan rumahan, anak laki pun harus ikut andil, seperti nyapu, nyepel, cuci pirin, dan sebagainya.
Lebih memberikan pemahaman bahwa tugas ayah adalah menafkahi keluarga, dan ibu menjaga amanah dari Allah, yaitu anak-anak. akan tetapi untuk msalah peekrjaan rumah, adalah tanggung jawab bersama.
3. Dari Ayuk
Untuk tokoh idola, saya sudah mengenalkan tokoh wanita penghulu surga terlebih dahulu. Tetapi Queen paling hafal memang nabi Muhammad.
Nah apakah saya harus menambah porsi untuk membacakan tokoh idola sesuai gender ?
Jawaban
menjawab pertanyaan dek @Ayuk legging bunsay tentang tokoh, sebenarnya tidak harus tokoh-tokoh yang terkenal. bisa juga loh dari lingkungan sekitar atau keluarga. jika ada tokoh wanita yang memang mewakili "fitrah keibuan" bisa banget dijadikan bahan untuk bercerita ke queen. sehingga anak py gambaran tentang sosok ibu.
sesekali cerita tentang sahabat-sahabat wanita Rosulullah. Namun, kisah tentang Rosul dan para Nabi serta sahabat-sahabat Rosul pun adalah hal baik banget.
Ada masanya Queen akan menyukai tokoh yg sebenarnya kita persiapkan biar anak mengidolakan beliau, mgkn karena sering kita ceritakan, trus di saat ada event yg klop dgn figur tokoh tsb..
Jadi ya ndak papa seusia dia baru suka tokoh Nabi Muhammad dibanding bunda Khadijah atau Aisyah..
4. Dari Intan
Pertanyaan
Jujur saya masih suka ngenalin anak ke tokoh superhero2an, karena mungkin karena aku pun masih suka menonton nya 😅, kalau kyak gtu sebenarnya gak apa2 kan ya?
Jawaban
anak mb intan cowok apa cewek?
nah superhero pun kan ada cowok dan cewek
sebenernya gpp sih kl aq pribadi. tapi tetep membawa unsur religi saat memperkenalkan itu ke anak. Speerti, ya mereka itu dapet kekuatan dr Allah, dsb.
Semoga setelah membaca materi dan tanya jawab ini, ibu dan bapak di rumah tidak lagi segan membicarakan hal yang dirasa tabu seperti pendidikan seksualitas ini pada anak.
0 komentar