Mengajarkan Cuci Muka dan Kaki Pada Anak
Mengajarkan Cuci Muka
Dia mengikutiku masuk kedalam kamar, "Abhi sholat sebelahnya Bunda ya" ajakku. Namun dia kabur begitu saja mengambil mainannya dan melanjutkan nyemil brownis lagi. Belajar berwudhu untuk kesekian kalinya namun Abhi masih belum hafal, namun kali ini sudah tidak menolak dengan menikmati air yang mengalir masuk ke mulutnya. Yang aku ajarkan disini tentang sebuah adab berwudhu dan cara mencuci muka. Kebanyakan anak kecil menyukai air jadi melatih suatu hal yang berhubungan dengan air bisa menjadi kegiatan menyenangkan baginya.
Mencuci Kaki Sepulang Bermain
Puasa hari ke dua ini cuaca terasa lebih panas disiang hari, ku tunggu penjual sayur keliling, tak cuma aku yang menunggu Abhi pun sama. Terdengar teriakan ibu penjual sayur sudah parkir disisi samping rumah kami. Aku mengajak Abhi turun tangga dan keluar rumah, sembari aku belanja, Abhi asyik main diluar. Terlupa aku tidak memakaikan sandal untuk Abhi. "Panas sayang, sini aja mainnya" kataku padanya.
Kurang lebih seperempat jam dia main diluar rumah, lantas aku mengajaknya masuk rumah. Ku gendong menaiki tangga, "Abhi, kakinya kotor ya, nanti cuci kaki ya" kataku. Ku letakkan belanjaan dan diajak Abhi masuk kamar mandi untuk cuci kaki. "Ayo cuci kaki dulu, biar nggak gatal, biar bersih" ajakku. "Krannya dibuka, kaki kanan dulu diusap-usap, ganti kaki kiri diusap-usap" ajarku. Abhi sepertiku mudah terserang alergi gatal pada telapak kaki jika tidak langsung membersihkan kaki sehabis terkena tanah.
Saat anak berlatih mandiri ada beberapa aspek yang harus dikuasai salah satunya Self-regulation. Dalam aspek self-regulation ini, aku mengajarkan sebuah tingkah laku dimana anak bisa menyesuaikan tingkah lakunya dengan benar pada kondisi tertentu. Dari kegiatan kami diatas bisa diambil sebuah pelajaran, anak bisa menunggu dan tidak mengganggu saat aku berwudhu, dan anak mau belajar wudhu dengan tenang dan senang. Sedangkan kegiatan kedua kami untuk mengajarkan pada anak apa yang harus dilakukan saat kondisi kakinya kotor.
Menurut sebuah literatur, Pengertian Kemandirian - berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian berasal dari kata diri, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari perkembangan diri itu sendiri. Diri adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian (Bahara, 2008 dalam Putra, 2012).
Aspek-aspek Kemandirian pada Anak
Ada beberapa aspek dalam kemandirian pada anak seperti yang dijelaskan Martin (2000), yaitu:
a. Self-regulation
Anak mampu menyesuaikan tingkah laku agar sesuai dengan apa yang mereka ketahui dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Anak berusaha menghindari tingkah laku-tingkah laku yang menurut pengalamannya tidak harus dan tidak patut dilakukan. Tingkah laku-tingkah laku yang menjadi indikator adanya self-regulation di antaranya dapat memasukkan makanan ke dalam mulut dengan benar, dapat menggunakan alat makan/minum dengan benar, membuang sampah pada tempatnya, mau merapikan mainan ke tempat semula, makan dengan rapi, mau bersalaman dengan orang baru, makan dan minum pada waktu yang ditetapkan, mau menghabiskan makanan atau memberitahukan kalau sudah kenyang, mau mengikuti permainan denganteman-teman dan mematuhi peraturan yang ada, tidak meminta bantuan terus-menerus, mau tidur sendiri, tidak menangis saat ditinggal, dan mau meminjamkan mainan pada temannya.
b. Self-control
Anak mengendalikan tingkah lakunya sesuai dengan tuntuan sosialyaitu jenis perilaku yang disenangi oleh orang tua di rumah atau guru di sekolah. Tingkah laku-tingkah laku yang menjadi indikator adanya self-control di antaranya bisa duduk atau jongkok di WC dengan posisi yang benar, tidak mengompol, dan tidak merengek saat menyampaikan sesuatu.
c. Self-efficacy
Anak memiliki perasaan mampu mengerjakan sendiri sesuatu secara efektif. Tingkah laku-tingkah laku yang menjadi indikator adanya self-determination di antaranya mau membereskan mainan tanpa disuruh, mengambil gelasnya sendiri dengan satu tangan, mencoba menyisir rambut sendiri, mencoba memakai atau melepaskan pakaian sendiri, mencoba memakai atau melepaskan kaus kaki atau sepatu sendiri, menggosok gigi sendiri tanpa dibantu, menolak bantuan yangditawarkan apabila merasa mampu.
d. Self-determination
Anak mampu menentukan sendiri apa yang ingin atau akan dilakukannya. Tingkah laku-tingkah laku yang menjadi indikator adanya self determination di antaranya bisa memilih baju yang akan dipakai, memilih mainannya sendiri, dan mampu menentukan makanan atau hal lain kesukaannya.
Demikian uraian pengertian kemandirian anak, bukan hanya memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya namun juga mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Dijelaskan pula masing-masing aspek-aspek kemandirian anak sehingga para pendidik dapat mencermati setiap perkembangan kemandirian sejak anak usia dini.
Sumber : (PustakaPaud. 2016. https://pustakapaud.blogspot.com/2017/10/pengertian-dan-aspek-aspek-kemandirian-anak.html?m=1)
#hari14
#T10hari
#gamelevel2
#bunsayjateng
#melatihkemandiriananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
0 komentar