­

Ibu Mandiri Sebelum Anak Mandiri

by - Mei 02, 2019

Ibu Mandiri Sebelum Anak Mandiri


Pertanyaan menggelitik datang dari mbak Marita fasilitator kami di kelas bunda sayang, sebelum melatih anak mandiri, ibunya sudah mandiri belum? Pertanyaan yang seakan menamparku. Alhamduliah aku merasa terbilang mandiri, mulai dari ketika bekerja memutuskan untuk kost dengan harapan aku bisa berlatih mandiri. Dan setelah membina rumah tangga aku belum bisa mandiri sepenuhnya, masih banyak meminta pertolongan orang tua. Apalagi diumur pernikahan pertamaku yang alhamdulillah langsung dikaruniai putra pertamaku, membuat aku kelabakan memenuhi kebutuhan keluarga kecilku. Waktu demi waktu perlahan mulai tertata, aku dan suami semakin kompak dalam menyeleseikan perkerjaan rumah. Aku tidak segan meminta bantuannya dan beliau ringan tangan dalam membantu. Disini bukan berarti aku tidak mandiri karena masih meminta bantuan suami, bukan seperti itu memahami kemandirian seorang istri. Karena istri perlu menarik ulur tangan suami agar ia merasa penting.

Ibu yang mandiri menurutku tahu dimana ia harus berbuat apa pada semua kondisi, maksudnya bukan semua dikerjakan sendiri. Kemandirian seorang istri biasanya erat hubungannya dengan mengambil porsi perkerjaan suami atau bisa melakukan tanpa bantuan suami. Dalam perspektifku, kemandirian bukan bisa manjat atap rumah saat bocor tetapi saat suami tidak bisa membenahinya karena bekerja, seorang istri bisa meminta ijin kepada suaminya untuk mencari atau menghubungi tukang yang bisa memperbaikinya. Karena pada situasi tertentu yang memang bukan keahlian kita sebaiknya jangan memaksakan diri, sebab bisa membahayakan diri sendiri dan oranglain.

Dalam aktifitas membersihkan rumah pun banyak melatih kemandirian seorang istri. Belajar banyak dari metode konmari, aku semakin hari semakin bisa mengatur waktu dan strategi agar rumah lebih lama dalam keadaan rapi daripada berantakannya. Dan sekarang aku melatih kemandirian dengan menambah metode yang bisa aku terapkan.

Latihan Kemandirian Abhi Hari ini yang berjalan makan sendiri  yang lainnya belum bisa terlaksana alias di skip dulu. Dari kemarin yang aku amati adalah suasana hati Abhi, pagi kala itu kami sekeluarga sudah berada di rumah eyang Abhi. Abhi terbangun dari tidurnya menyadari ada di rumah eyangnya, dia sangat bahagia, gandeng tangan Uti (panggilan akrab kami pada Eyang Putri Abhi) sambil mengajak ke kamar Uti. Yah wajah cerianya tergambar jelas. Sarapan pagi baginya sudah tersedia jauh sebelum dia bangun tidur. Sarapan yang aku buat dengan penuh kasih dan harapan dia memakannya dengan lahap tanpa sisa dengan bertambahnya keterampilan makan sendirinya.

Aku ajak dia bermain diluar rumah sejenak untuk menyapa sang surya yang sudah beranjak tinggi. Lingkungan rumah yang asri dan kicauan burung terdengar dari berbagai sudut, ku harap energi positif dapat terserap pada diri Abhi. Dan benar sesuai dengan harapanku, setelah Abhi mandi badannya segar diguyur air hangat, semangat makannya sangat nampak. Terlihat dari terikan dan senyumannya saat aku memgambilkan seporsi kecil sarapan untuknya.

"Makan makan makan, ayo Abhi makan, bismillahirrohmanirrohim" saat dia duduk dipangkuanku. "Pegang sendoknya, ambil nasinya trus aem" tuntunku. Sungguh suasana hati yang bagus sangat berperan ketika latihan makan sendiri ini. Keterampilan memegang sendok dan inisiatif mengambil nasi, lauk dan sayur yang nampak peningkatannya cukup membuatku bahagia. Tak lupa apresiasi dengan tulus ku ucapkan untuknya. Dan kujanjikan akan belikan sendok dan piring baru untuknya agar semakin semangat dan tertarik saat makan.

Tantangan baru bagiku saat kami tidak berada di rumah maka beberapa latihan kemandirian anak akan sedikit tersendat. Baru aku cari jalan keluarnya bagaimana cara mengalihkan ke hal lain yang masih merupakan latihan kemandirian.



#hari8
#T10hari
#gamelevel2
#bunsayjateng
#melatihkemandiriananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional


You May Also Like

0 komentar