Abhi Si Analisis, Menemukan Bakat dari Kegiatan Bermain
Social Skills
Anaknya diajak ke luar rumah biar bertemu teman seumurannya !
Pesan kebanyakan orang tua kepada ibu muda seperti saya.
Salah satu upaya untuk mengenalkan pada anak bahwa mereka adalah makhluk sosial. Memberi pengertian pada anak bahwa manusia seperti dirinya adalah makhluk sosial bukan hal yang mudah, maka harus diajarkan sejak dini. Si kecil perlu tahu bahwa dirinya sebagai individu yang bertumbuh pada suatu lingkungan dan tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan orang lain. Hal ini yang yang menjadi alasan orang tua untuk melatih keterampilan sosial pada anak.
Credit by Pinterest |
Kesempatan ini saya ingin menumbuhkan rasa peduli terhadap sesamanya. Upaya yang saya dapat lakukan menjadi role model baginya, selain saya sendiri yang memberi contoh secara langsung, saya juga mengajaknya bermain dengan sebayanya di kelompok belajar yang biasa di sebut PAUD. Si sulung saya yang belum pandai dalam bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari, harapan saya dengan bertemu banyak teman sebayanya dia bisa mengamati dan belajar, lalu menirunya.
Sikap kepedulian anak dapat tumbuh bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti menyapa ibu guru dan teman sekelas, bersalaman dan bermain bersama. Bersikap sopan belajar tidak merebut mainan atau makanan teman, dan menurut perintah dari ibu guru. Selain itu salah satu kemampuan sosial dasar yang harus dikuasai adalah pemahaman ruang pribadi. Dengan bertemu banyak orang di sekolah anak mungkin tidak tahu bahwa setiap orang memiliki ruang pribadi yang harus dihargai.
Memahami Ruang Pribadi Diri Sendiri
"Bhi, ini rak mainannya Abhi ya, kalau mau main ambil sendiri nanti dikembalikan lagi." Abhi menikmati mainan barunya yaitu robot mobil pemadam kebakaran.
Mengenalkan anak pada tempat pribadinya, dimana di tempat pribadinya ini anak punya kebebasan, hak, dan juga tanggungjawab. Ketika saya sebagai orang tuanya atau temannya yang mau mengambil mainan Abhi harus ijin dahulu. Cara ini untuk mengajarkan anak tentang ruang pribadinya. Harapan saya, Abhi juga dapat melakukan hal yang sama saat akan mengambil benda orang lain dia bisa meminta izin terlebih dahulu.
Bunyi klakson motor yang dibunyikan oleh penjual sayur terdengar masuk melalui ventilasi rumah, sontak saya memegang badan Abhi untuk menggendongnya turun ke bawah menghampiri penjual sayur. Reaksi dari Abhi tidak selaras dengan apa yang saya inginkan bergegas turun ke bawah dengan menggendongnya. Dia menepis dan berontak, apakah karena sedang sibuk? Tak perlu khawatir. Abhi hanya butuh "ruang pribadi" sesuai keinginan anak seusianya. Seketika saya tersadar telah melampaui bataa ruang pribadinya tanpa meminta izin dahulu saat dia asyik bermain.
"Maaf sayang, bunda minta maaf ya, Abhi lagi main ya."
"Bunda mau turun, Abhi ikut nggak?"
Kemudian dia berdiri dengan senang hati menuju ke samping saya dan turun dengan tangan kami bergandengan.
Saya yang seharus mengajari anak bahwa mereka pun memiliki ruang pribadi. Pertama, tidak menggendong anak tanpa seizinnya, atau memeluk anak saat ia tak mau dipeluk. Mengajarkan pada anak mengetahui bahwa mereka memiliki kekuasaan akan tubuh masing-masing. Sejak usia dua tahun, anak-anak memiliki batas yang tak boleh diganggu, apalagi dilanggar, oleh siapa pun, termasuk orang tuanya.
Kedua, simpan uluran tangan kita! Meski dalam banyak hal anak dua tahun masih belum mampu menyelesaikan masalah dan melakukan rutinitas tanpa bantuan, beri dia kesempatan mencoba. Beri tahu dan beri contoh saja, misalnya cara membersihkan mulutnya dengan tisu.
"Gabriele Haug-Schnabel, ahli perkembangan dan perilaku manusia asal Jerman menyatakan, para orang tua tidak menyadari eksistensi batasan tersebut. Beberapa sebabnya, antara lain, sebagian besar orang tua sadar anak-anak butuh limpahan kasih sayang. Tetapi mereka sekaligus salah menafsirkan! Wujud kasih sayang tak selalu harus berupa kontak fisik, seperti pelukan atau kecupan lembut. Sama dengan orang dewasa, rasa cinta atau kasih sayang berupa kontak fisik berlebihan, menimbulkan rasa kesal dan terkekang, jelasnya."
Mengenal "ruang pribadi" ini termasuk mengasah kemampuan untuk menganalisis diri sendiri, tahu dengan baik tentang dirinya sendiri, apa yang diinginkan, apa yang akan dilakukan, apa yang terbaik bagi dirinya, bagaimana memberikan respon terhadap situasi tertentu, dan menyikapinya dengan baik, serta intropeksi diri.
"Tak perlu kecil hati. Semakin meningkat usia, keterampilan, dan kemandiriannya, anak dua tahun sadar betapa besar cinta kita padanya. Ini karena penting mengakui dan menghargai "ruang pribadinya."
Bermain Memahami "Ruang Pribadi", Ajang Menemukan Bakat Abhi
credit by Pinterest |
Mempraktekan gambar di atas, saya mengenalkan "ruang pribadi" pada Abhi. "Ruang pribadi" kami dibatasi oleh bentuk persegi yang ada di lantai. Abhi bermain sesaat di dalam persegi dan saya membaca buku di luar kotak tanpa mengganggu satu sama lain. Abhi menikmati bermain dalam tempat yang sudah kita sepakati batasnya itu.
Bermain dalam tempat yang disepakati |
"Abhi main di dalam garis kuning ini ya" ujar saya pada si sulung.
"Bunda baca buku di luar sini(sambil menunjuk luar kotak "ruang bermain" Abhi)" cakap saya.
Abhi memahami perintah yang saya berikan.
Main alat transportasi |
Kegiatan ini berlangsung tidak lama, fokus bermainnya 5menit kemudian Abhi keluar dari "ruang pribadinya" menghampiri saya. Dalam waktu 5menit itu hal pertama yang diamati Abhi adalah objek kesukaannya alat transportasi. Terlihat pada gambar diatas Abhi mengamati truk dilihat dari depan, samping, atas, dibalik untuk lihat bawahnya baru dimainkan maju mundur. Momen AHA dari permainan ini Abhi melakukan observasi pada alat transportasinya sebelum dimainkan dan tidak meminta bantuan saat bermain. Dalam bahasa bakat individu yang suka mengamati atau mengobservasi dapat masuk ke bakat analisis.
Like Father Like Son, bakat analisa Bapaknya nurun ke Abhi dan sangat kentara dalam kehidupan sehari-hari.
Parameter Kegiatan Abhi |
Kemudian kami berdua bersatu dalam kotak yang besar ini. Bersama dalam satu tempat, berinteraksi, bermain bersama saya.
Permainan ini tidak untuk membatasi anak, cuma untuk mengajarkan pada anak tentang batasan dirinya dan orang lain. Menghargai "ruang pribadi" masing-masing individu. Dan dia bisa menikmati sesi bermainnya dalam keadaan apapun.
Mata Abhi berbinar ketika melihat berbagai alat transportasi berjejer di lantai kemudian asyik mengamati dan memainkannya. Kegiatan yang saya sadari ketika telah melanggar ruang pribadinya ini saya gunakan untuk ide bermain melatih kesadaran akan "ruang pribadi" dan sekaligus saya gunakan untuk mengamati bakat apa yang Allah karuniakan padanya.
Poin Pengamatan Bakat |
Semua anak adalah bintang. Walaupun dari hasil pengamatan saat dia bermain belum muncul inovasi dari sikapnya yang unik, Abhi tetaplah bintang dihati bunda. Dari kegiatan sederhana ini saya dapati Abhi si "observer" atau "si analisis" dan Abhi menemukan salah satu bintangnya. Harus dicatat di buku portofolio anak. Catet.aha
Mengenal Ruang Pribadi Orang Lain
"Aduh sakiiitt" kata Bapak.
Kaki Abhi mendarat di bibir bapaknya hingga timbul luka dan akan menjadi sariawan. Bapaknya pun geram dengan ulah Abhi ini ketika Bapaknya rebahan di tempat tidur, tetapi Abhi masih asyik bermain hingga melukai mulut bapaknya.
"Abhi ayo minta maaf sama Bapak, mulutnya Bapak sakit kena kakimu tadi" ujar saya pada Abhi.
Saya pegang tangan Abhi mengajak minta maaf kepada Bapaknya karena sudah memasuki area istirahat Bapaknya di tempat tidur. Di tempat tidur yang muat untuk 3 orang kami mengalokasikan tempat untuk Abhi di tengah, Bapaknya dan saya di bagian tepi. Jadi semua anggota keluarga harus menghormati tempat pribadi masing-masing. Ya tetap fleksibel jika ingin lebih lebar atau sempit, cuma tidak baik juga kalau sampai mengganggu kenyamanan orang lain. Pada anak kita ajarkan berbagi sekaligus menghargai kepunyaan orang lain.
Cara mengajari anak-anak cara menghargai ruang pribadi orang lain dengan membuat aturan rumah tangga yang mendorong anak-anak untuk menghormati ruang pribadi orang lain. "Ketuk pintu yang tertutup," dan "Jaga tanganmu sendiri," hanyalah beberapa contoh. Ajari anak untuk meminta izin sebelum memeluk orang lain, duduk di pangkuan orang lain, dan seterusnya. Orang yang dikenal dekat oleh anak, seperti keluarga, mungkin lebih menerima pelukan dan sentuhan dibanding orang asing. Orang dengan budaya lain pun mungkin memiliki ruang pribadi yang berbeda.
Mengenal dan belajar memahami "ruang pribadi" orang lain dapat meningkatkan kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud peka perasaan orang lain dengan artian muncul "empati" dari dalam dirinya. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
"Hidup ini akan indah bila kita saling menghargai satu sama lain nya."
Salah satu bahasa bakat adalah "empati", dari kejadian di atas saya mengajarkan Abhi untuk "memahami" dan "empati" kepada orang lain.
Ta’dhim atau Menghormati Orang Lain
Dalam berhubungan sosial, semua orang pasti ingin dihormati dan dihargai. Di sinilah tempat sifat ta’dhim kepada orang lain, yaitu menghormati orang lain apalagi kepada orang yang lebih tua. Sedangkan orang yang lebih tua juga harus mampu menghargai orang yang lebih muda. Dengan demikian, maka akan tercipta saling tolerasi antara sesama.Dari mengenal dan memahami "ruang pribadi" diri sendiri dan orang lain harapannya Abhi memiliki sifat ta'dhim atau menghormati orang lain.
0 komentar