Bakat dan Minat , Meninggikan Gunung Bukan Meratakan Lembah Pada Anak

by - Oktober 23, 2019



Orang tua bergelut untuk mencari bakat anaknya masing-masing. Satu kalimat yang masih saya ingat, "Bagaimana orang tua bisa menemukan bakat anajnya jika dia belum bisa menemukan bakatnya sendiri?" Pernyataan yang makjleb masuk ke otal dan hati saya. Pelan-pelan saya pun mulai meraba-raba apa sebenarnya bakat saya sendiri. Alat bantu pencari bakat secara online saya jajal dan hasilnya memang tidak jauh beda dengan kemampuan dan hal saya senangi sekarang.


Bakat


Apa itu Bakat?


Awalnya sebelum menjadi mahasiswa Institut Ibu Profesional yang saya ketahui tentang bakat adalah orang dengan kemampuan menyanyi bisa menjadi penyanyi yang bisa menghibur orang lain dengan suara emasnya. Jemari sang pelukis yang lentik bisa memainkan kuas memotret wajah atau pemandangan dengan lukisan apiknya. Yach, saat itu saya hanya tau bakat itu bisa menyanyi, melukis, menulis atau penulis, atlet, dan beberapa lainnya. Sedang dari test bakat online dari Abah Rama yang saya ikuti bakat itu terdiri dari beberapa bagian yang dijelaskan dalam "Peta Bakat".


Peta Bakat

Bahasa Bakat 1

Bahasa Bakat 2




Bahasa Bakat 3


Sebelum menelisik jauh pada macam-macam bakat, kita patut memahami apa itu bakat ? Bakat merupakan suatu kemampuan berasal dari Allah yang dimiliki seseorang sejak ia lahir dan tidak akan hilang. Karena masih banyak orang yang belum bisa menggali dan menemukan bakat yang sudah Allah karuniakan padanya sehingga muncullah istilah bakat yang terpendam. Setiap individu terlahir keduania membawa bakat mereka masing-masing dan bisa berbeda dengan individu lainnya. Bakat ini erat kaitannya dengan misi hidup seseorang dimuka bumi yang sudah Allah berikan.

Dalam Al-Qur'an telah dijelaskan tentang bakat  pada surah Al-Isro' (17): 84.
Yaitu:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
Artinya:

katakanlah (muhammad), "setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.


Duh jadi semakin berat sepertinya bahasannya. haha. InsyaAllah saya akan bahas cara menemukan bakat ini dengan ringan.

Meninggikan Gunung, Meratakan Lembah


Sebelum memahami "Meninggikan Gunung, Meratakan Lembah" saya ajak untuk memahami asal mula terbentuknya bakat pada diri kita.
Saat kita dan anak kita lahir memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Lalu, saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis terbentuk.


Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang menjadi awal mula munculnya bakat. Tandanya, anak terlihat aktif luar biasa. Setiap jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak henti melakukan apa pun yang kita mau terkait minat kita.


Tak heran jika anak di usia dini sampai masa SMA sering di labeli "nakal" karena periode ini masa aktif bahkan "sangat aktif".

Anak SMA yang notabene akan menentukan jurusan bagi melaju ke jenjang bangku kuliah perlu mengetahui bakatnya terlebih dahulu. Gimana kalau anak yang masuk kategori serba bisa dan nilai rapornya pun bagus semua. Pasti anak akan muncul kegalauan dalam dirinya. Dan masyaAllah, Allah telah memberikan arahan dimasa galaunya dengan secara alamiah separuh dari jejaring sinapsis itu putus di usia 16tahun. Dan tidak ada yang bisa membentuknya kembali utuh seperti semula.


Namun, sejak terputusnya jaringan sinapsis ini, bakat si anak remaja ini malah justru benar-benar mulai terasah. Karena hal itu memberi kita ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu. Maha Besar Allah telah mengecilkan lingkup sehingga kita bisa maksimal dalam mengasahnya.


Setelah paham alasan kenapa betapa sulitnya menemukan bakat anak terkait begitu banyak jejaring sinapsis yang aktif di awal masa tumbuhnya, kita lanjutkan tentang meninggikan gunung.

4 Kuadran Aktifitas


"Meninggikan gunung" saya rasa erat hubungannya dengan minat. Kata bakat pasti disusul oleh kata minat, seperti satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut perspektif saya meninggikan gunung ini layaknya mengasah minat anak. Lalu muncul pertanyaan lagi, bagaimana mengetahui minat anak?

Senada dengan Pandu 45 milik Pak Dodik tentang menemukan bakat anak dengan 4 E - AKTIVITAS

Apakah anak-anak kita sangat menikmati aktivitasnya? Sehingga terlihat matanya sangat berbinar? energinya seakan-akan tidak pernah habis mengerjakan hal tersebut? Kalau iya, satu tahap "ENJOY" sudah ia dapatkan.


Selanjutnya silakan lihat, apabila ada tantangan di bidang tersebut, apakah ia tidak akan menyerah? selalu tahan untuk mencari jalan keluarnya dan selalu saja mendapatkan cara mengatasinya? Kalau iya, tahap "EASY" sudah ada di tangan.


Ketika anak mampu menikmati aktivitas yang dia lakukan, muncul "internal motivation" mudah melakukannya dan konsisten menambah jam terbang, hingga hasilnya bagus, anak kita sudah sampai tahap "EXCELLENT"


Tahap lanjut lihatlah sisi produktivitas
kegiatan yang ditekuni oleh anak￾anak, apakah mereka aktif berkarya? aktif berbagi hasil belajarnya? sehingga orang lainpun mengakuinya. Kalau iya, anak kita sudah masuk tahap "EARN"


Istilah yang kerap saya pinjam dari Bu Septi adalah "Anak suka melakukan suatu aktifitas ketika matanya berbinar-binar". Ketika anak melakukan aktifitas di ranah minatnya maka akan muncul binar dimata yang artinya :

Perhatian yang tertuju pada aktifitas tersebut, contoh si sulung saya sangat suka dengan bermain air.
Rasa ingin tahu yang besar contohnya saat melihat ada bayangannya di permukaan air dan memainkan jemarinya dalam air.
Kesempatan yang saya berikan boleh basah-basahan terkena air.
Kesenangan dan kenikmatan hingga tawa sumringah mata berbinar muncul di wajah kecilnya.


Meninggikan gunung pada anak adalah dengan mengasah minatnya pada suatu hal dengan aktifitas atau stimulasi yang membuat mata anak berbinar. Kemudian anak akan sadar ada suatu perubahan dari dalam dirinya awalnya tidak tahu jadi ahli, awalnya semangatnya biasa saja hingga sangat bersemangat melakukan aktifitas di ranah minatnya dan menemukan bakatnya dengan sendirinya. Support dari orang tua dan lingkungan yang menjadikan anak tumbuh dengan bakatnya menjadi bintang.


"Tidak cukup latihan keras, kita butuh bakat alami"

Meratakan lembah sering dilakukan oleh ibu-ibu diluaran sana dengan menambah jam belajar anak dengan mengikutkan les untuk matpel(mata pelajaran) yang nilainya kurang bagus. Sejujurnya saya pun mengalami ini, ikut les sana sini untuk mengejar nilai yang kurang, tapi hasilnya ya hanya kenaikan nilai yang didapat tapi bukan kesukaan terhadap matpel tersebut. Sikap mengharuskan anak untuk bisa apa saja atau mempunyai nilai bagus disemua matpel merupakan langkah meratakan lembah. Kenapa bisa? Karena anak akan menjadi anak rata-rata yang tidak paham kelebihan yang ada di dalam dirinya. Orang tua seperti saya harus memahami betul letak kelebihan adan kekurangan anak. Kekurangan anak yang merupakan bukan minatnya tidak usah divorsir dengan melatihnya terus menerus. Yang perlu dilatih hingga menjadi ahli adalah kelebihannya.


"Temukan, Bukan Ciptakan"


Menurut mbak Hessa "Tentang meratakan lembah dan meninggikan gunung, menurutku lebih pada fokus ke titik di mana anak merasa menemukan "misi hidupnya"

Meratakan lembah juga tidak berarti bahwa semua hal yang kurang disukai anak lalu tidak perlu kita ajarkan, atau kita abaikan.

Tetap disupport utk sekadar "tahu"
Tanpa harua menuntut anak untuk bisa "terampil" di bidang itu."

Lanjutnya, Dari Mbak Hessa yang sudah menemukan bakatnya sebagai author atau penulis. Saat orang tua bisa menemukan 20% misi hidup pada diri si anak, maka orang tua seperti kita ini bisa membuat anak jadi bintang, anggap angak 20% ini sebagai angka jadi100%

Dengan cara apa?

Dengan cara, sebagai orang tua menyiapkan lingkungan yang prosentasenya 80% untuk mensupport bakat genetik anak kita tersebut.


Bakat merupakan kemapuan atau potensi yang sudah Allah karuniakan pada setiap makhluknya sebagi bekal hidup produktif menyelesaikan misi hidupnya di dunia ini. Sedang minat adalah percabangan dari ketertarikan-ketertarikan kita pada suatu hal dan ketika diikuti akan mengarahkan kita pada bakat alami yang dicari selama ini. Bakat dan minat yang berkembang dalam diri akan menjadikan seorang individu yang produktif dan bahagia dalam menjalani hidupnya.

You May Also Like

0 komentar