Petualangan Muti Si Semut Merah
Kesombongan Muti Membawanya Ke dalam Lumpur Hisab
Sudah hampir seminggu rumah di serang pasukan semut merah yang terasa gatal jika menggigit.
"Bhi, semutnya banyak ya. Bunda mau cerita tentang semut, Abhi dengerin ya," matanya masih mengawasi semut merah berjajar di dinding.
Muti, Seekor semut pengelana yang sombong. Ia telah pergi jauh ke berbagai tempat di atas dahan pohon.
"Kasian, kepompong itu. Hidupnya terkurung. Tak bisa pergi ke mana-mana sebebas aku," ejeknya.
Kepompong adalah bakal calon untuk menjadi seekor kupu-kupu.
Suatu hari, tak sengaja Muti semut jatuh ke dalam kubangan lumpur isap. "Tolong, tolong."
Untungnya, teriakannya terdengar oleh Kupi kupu-kupu. Ia kemudian menolong Muti semut dengen menariknya dari lumpur isap.
"Akulah kepompong yang pernah kau ejek. Dan sekarang sudah menjadi seekor kupu-kupu," kata Kupi kupu-kupu.
"Seperti kamu, sekarang aku juga bisa terbang bebas kemana-mana."
Dengan tersipu malu Muti berkata, "maafkan aku ya, dulu aku pernah mengejekmu."
"Terimakasih sudah membantuku keluar dari lumpur isap."
Muti si semut sadar bahwa tidak ada yang perlu disombongkan. Karena setiap hewan mempunyai keahlian dan cara hidup masing-masing.
"Kasian, kepompong itu. Hidupnya terkurung. Tak bisa pergi ke mana-mana sebebas aku," ejeknya.
Kepompong adalah bakal calon untuk menjadi seekor kupu-kupu.
Suatu hari, tak sengaja Muti semut jatuh ke dalam kubangan lumpur isap. "Tolong, tolong."
Untungnya, teriakannya terdengar oleh Kupi kupu-kupu. Ia kemudian menolong Muti semut dengen menariknya dari lumpur isap.
"Akulah kepompong yang pernah kau ejek. Dan sekarang sudah menjadi seekor kupu-kupu," kata Kupi kupu-kupu.
"Seperti kamu, sekarang aku juga bisa terbang bebas kemana-mana."
Dengan tersipu malu Muti berkata, "maafkan aku ya, dulu aku pernah mengejekmu."
"Terimakasih sudah membantuku keluar dari lumpur isap."
Muti si semut sadar bahwa tidak ada yang perlu disombongkan. Karena setiap hewan mempunyai keahlian dan cara hidup masing-masing.
0 komentar