Diberdayakan oleh Blogger.
  • Home
  • Beauty
  • Makna Cerita
  • Parenting
    • Komunikasi Produktif
    • Melatih Kemandirian Anak
    • Family Project
    • Gaya Belajar Anak
    • Stimulasi Anak Suka Membaca
    • ILoveMatch Parenting

SUDUT PANDANG OKY

Temu Saudara Virtual




Family project ku kali ini bersama keluarga besarku, kelas bunda sayang jateng yang kece badai semua mahasiswanya dengan ku bawa lengkap keluarga kecil bersamaku dalam seuatu acara hari ini. Acara apa itu kopi darat di kafenya Mbak Nurul dalam rangka saking kenal dan mengenal dekat teman yang sudah seperti saudara ini. Tak banyak yang bisa hadir saat itu. Kafe yang asyik tempatnya, banyak pepohonan jadi tak terasa panas sama sekali. Jamuan hangat sang tuan rumah dengan bonus oleh-oleh kopi pada semua peserta kopdar yang hadir, terimakasih sangat buat mbak Nurul, semoga berkah lancar rejekinya.

Acara yang dikemas apik oleh mbak Nindya selaku sie acara, membuat peserta kopdar semakin kenal satu sama lain. Cerita demi cerita bergulir dari yang penuh semangat, cerita haru, cerita lucu, membekas dihatiku. Dan masih dalam perjuangan menyapih Abhi, badan yang berasa greges dengan tetap tenang menghadapi permintaan nenen Abhi. Disini aku dan suami sama belajar tenang dan sabar menghadapi gejolak perasaan Abhi.

Kurang lebih dua pekan aku mengasah kecerdasan emosi Abhi agar bisa lebih bersikap sabar dan memahami tidak semua kemauannya itu bisa diberikan. Setengah hari ini Abhi tidak begitu  rewel minta nenen, saat aku bicara "Abhi sudah besar mau sekolah, sudah tidak nenen, nenennya bunda tidak keluar, sudah habis" dia mulai memahami. Tidak cuma Abhi yang belajar mengelola emosi, ibu bapaknya pun belajar mengelola emosi,  bersabar dan ketegasan.

Sepanjang acara Abhi tidak begitu tantrum, dia mau bermain bersama bapaknya. Sesekali dia minta nenen dan bisa teralihkan dengan jajanan kesukaannya. Frekuensi teriak-teriaknya juga mulai berkurang.


#hari17
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 30, 2019 No komentar

Hari Pertama "Weaning With Love" Abhi




Keberhasilan proses sapih melibatkan 3 pihak :  ibu, anak dan bapak, dimana semua pihak harus mempunyai kesiapan. Kesiapan seperti apa yang diperlukan oleh seorang itu saat menyapih, sang ibu membutuhkan waktu, kesabaran, energi dan kemampuan untuk mengantisipasi permintaan menyusu dari si kecil. Dengan melihat keseharian Abhi aku merasa dia sudah siap untuk disapih. Abhi mulai bisa tidur tanpa menyusu terlebih dahulu, sudah semakin paham tentang apa yang aku sampaikan bahwa dia sudah besar sudah waktunya disapih atau minum susu dari botol alisa susu formula. Dan suami mau dan aku rasa mampu untuk membantu dan memberi semangat untukku dan Abhi saat proses sapih ini.

Hati terasa berat saat memutuskan untuk menyapih Abhi, tetapi harus melewati proses ini. Genap dua tahun usianya pada bulan Desember kemarin, namun belum aku sapih karena masih minum obat sesuai anjuran dokter. Proses pengibatan selesai dan bulan depan aku akan mendaftarkan Abhi masuk PAUD, jadi ku putuskan untuk menyapihnya sekarang. Latihan kemandirian yang maaih berlangsung hingga jadi family project kami.



Dari pagi tadi aku sudaj sounding ke Abhi, "nanti sore Abhi udah nggak nenen ya, nenenenya bunda sudah habis, Abhi sudah besar mau sekolah jadi nggak usah nenen lagi ya, minum susu botol aja ya" kataku pada Abhi secara berulang-ulang.

Sedari awal aku ingin menyapih Abhi tanpa menyisakan trauma didalam dirinya, jadi aku ingin proses sapih ini senatural mungkin seperti metode Weaning With Love(WWL).  WWL sendiri adalah salah satu teknik menyapih dimana proses penyapihan dilakukan secara sangat halus dengan sangat mempertimbangkan kesiapan si kecil. Inti dari WWL adalah proses yang lembut, bertahap, fleksibel, penuh kesabaran dan penghargaan terhadap si kecil. Jadi dalam WWL ini, tidak ada tipu-tipu atau aktivitas pembohongan ke anak, misalnya dengan mengoleskan obat merah ke puting agar anak tidak mau menyusu lagi.


Sejak ba'dha asyar tadi aku sudah tidak memberinya ASI, bismillah atas ijin Allah semoga Abhi mudah paham dan tidak rewel. Mulailah rengekan Abhi minta nenen, awalnya berhasil aku alihkan minum air putih, makan jajan, dan minum susu.  Saat perjalanan masih berada dalam mobil aku kupaskan anggur kesukaannya dan tak jadi minta nenen. Semakin malam Abhi semakin berontak minta nenen, saat itu emosinya mulai terpacu.Aku beri pengertian yang sama seperti yang pernah aku ucapkan sejak pagi tadi.


Abhi semakin paham bahwa nenennya sudah tidak keluar, jadi dia harus tidur tanpa nenen terlebih dahulu. Sungguh lama usaha untuk menidurkan Abhi, sampai aku nyanyikan lagu anak, aku tepuk-tepuk badannya. Aku elus-elus keningnya, lama-kelamaan Abhi tertidur. Aku tak ragu untuk memberikan pelukan walaupun saat aku peluk dia minta menyusu. Disini peran komunikasi memberikan pemahaman bahwa anak bisa tidur dengan ibu peluk tanpa menyusu. Anak membutuhkan pelukan atau kontak fisik dengan ibunya untuk menggantikan kontak fisik yang berkurang karena kurangnya frekuensi menyusu.


Sikap tetap tenang, tidak terpancing emosi membuat suasana tetap ceria saat anak minta ASI, disini orang tua harus pandai mengelola emosi terlebih dahulu baru diikuti oleh anak. Doa ku dalam hari supaya Abhi tidak rewel dan tetap sehat selama proses sapih ini. Semoga saat dia terbangun di tengah jam tidurnya tidak rewel dan mau minum air putih atau memakan jajan.



#hari16
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 29, 2019 No komentar


Eh hampir aja lupa rencana family project belajar naik sepeda. Siang yang super cerah sebahagia hati bunda yang habis mengayuh sepeda.haha. Dua hari sudah aku olahraga bersepeda ditempat, dan beberapa kali aku sampaikan kepada Abhi kalau besok Abhi latihan naik sepeda ya saat dia melihatku sedang bersepeda.

Aku ambilkan sepeda pembelian kakungnya yang menjadi wasiat terakhir eyang putrinya. Almarhum ibu ingin membelikan Abhi ketika Abhi bisa berjalan, belum sampai melihat Abhi berjalan ibu sudah dipanggil Sang Kuasa. Sekarang Abhi sudah bisa lari uti, sapaan sehati kami kami pada ibu.

"Yuk belajar naik sepeda, sepeda dari Uti ya" ajakku pada Abhi. Abhi duduk diatas sepeda, dan ternyata kaki Abhi masih belum sampai ke pedalnya. Yah, masih kebesaran sepedanya buat Abhi. Karena kaki Abhi masih belum sampe, aku dorong dia memutari dalam rumah.

"Uti pengin beliin Abhi sepeda, tapi nggak bisa, jadi kakung yang belikan, Abhi terimakasih ya sama Uti, Kakung dan Allah, bilang apa alhamdulillah" kataku padanya. Abhi belajar bersyukur atas pemberian dan kasih sayang dari orang terdekatnya.



 "Yok, naik lagi ini sudah bunda tambahin tempat duduknya" ajakku kembali, sepeda Abhi aku modifikasi tambahkan sterofom untuk tempat duduknya, supaya kakinya bisa menjangkau pedal. Sepeda biru berbentuk vespa yang batreinya sudah habis ini selalu mengingatkanku pada almarhum ibu.

Bersepeda bagi anak kecil sangat memberikan banyak manfaat, salah satunya melatih koordinasi alat gerak yaitu kaki dan tangannya serta penglihatan dan pikirannya. Selain menyehatkan bersepeda bisa membuat anak bahagia sebagai media bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Beberapa manfaat bersepeda bagi anak.

🚲 Belajar Tentang Kepemilikan Barang. Saat si kecil merengek minta dibelikan sepeda, ada baiknya jangan langsung diberikan.
🚲 Menyeimbangkan Tubuh.
🚲 Mengayuh dengan Baik.
🚲 Melatih Kemampuan Berkonsentrasi.
🚲 Melatih Kemampuan Motorik.
🚲 Belajar Arah Kiri, Kanan, Depan, dan Belakang.
🚲 Bersosialisasi dengan Orang Lain.

Baru pertama ini Abhi latihan naik sepeda, dia seperti bingung kenapa kakinya aku pegangin dan aku arahkan menggenjot pedalnya. Harus jadi agenda rutin belajar naik sepeda supaya segera mendapat manfaat dari bersepeda.


#hari15
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 28, 2019 No komentar
Mengenal huruf dengan kumpulan benda miniatur 3 dimensi dengan nama yang cocok dengan bunyi awal atau huruf awal untuk setiap huruf alfabet. Ini adalah salah satu metode paling populer di lingkungan Montessori untuk membaca awal. Karena aku tak punya benda miniatur 3 dimensinya, jadi aku pake flashcard seadanya dirumah yang penting mewakili huruf abjad awalnya.



Mengenalkan huruf abjad kepada Abhi sudah ku lakukan sejak lama, tapi apa salahnya mencoba metode baru selain memperlihatkan huruf darinposter yang tertempel didinding dan melalui puzzle. Abhi tertarik dengan gambar warna-warni di flash card. Saat aku mulai kumpulkan flashcard dan menjejernya di nampan dia mulai mendekati dan menunjukkan ketertarikkannya. "Yuk belajar huruf A ... Apel, A ... Anggur, A ... Alpukat, ini buah yang huruf depannya huruf A" ajarku padanya.

Kemudian flashcard bergambar binatang, "Yang ini, A ... Ayam, A ... Angsa, A ... Anjing, hewan yang huruf depannya A" kataku pada Abhi. Dilanjut dengan menuliskan huruf A di papan tulis magnet kepunyaannya. "Tulis huruf A seperti ini ya bhi" tuturku.

Setelah mengenalkan melalui flashcard, aku juga menggambar awan, dimana awan juga huruf depannya A. Aku mengulang-ulang kata dengan huruf dengan A itu sambil menunjukkan huruf A. Aku pun selipkan cerita yang berhubungan dengan kata tersebut dengan tujuan memperkaya perbendaharaan kata Abhi.


Tantangan saat melakukan kegiatan ini adalah Abhi lebih fokus pada gambar daripada apa yang aku ucapkan. Saat sudah bosan memandangi gambar, dia bisa kabur disini usahaku untuk mengajak Abhi melanjutkan belajarnya. Durasi belajar kami semakin hari semakin lama, alhamdulillah.

Secara umum, aku pikir metode ini akan bekerja untuk anak-anak mendekati usia 3 tahun. Namum tak ada salahnya mencoba metode baru. Ini hanya SATU dari metode yang aku gunakan untuk membaca awal. Masih ada banyak kegiatan yang dapat di jelajahi bersama anak dan salah satu  adalah membaca buku bersama setiap hari. Jadikan itu kebiasaan. Membaca buku akan memberi anak kesempatan untuk menikmati literatur, mengasosiasikan kata-kata dengan gambar, dan akhirnya suka membaca dan bisa membaca.

#hari14
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Juni 27, 2019 No komentar

Mengenal Emosi Dengan Foto Nyata dan Sapaan Untuk Allah


Jika anak masih bermasalah dengan pengaturan emosi, ini adalah kegiatan yang bagus untuk dijelajahi. Ada banyak cara untuk mengajar anak-anak tentang kemarahan, kesedihan, ketakutan, sukacita, terkejut, semangat dan lain-lain. Kecerdasan emosional anak-anak "IQ" adalah hal yang sangat penting untuk membantu mengembangkan, namun jarang kita dengar dari kebanyakan oeang tua mendiskusikan tentang masalah emosi anaknya. Sebagai gantinya, kita lebih sering mendengar tentang perkembangan intelijen akademis, memastikan anak-anak kecil mengetahui warna, bentuk, angka, huruf , lalu cara membaca, menghafal dan daftar ini terus berlanjut. Tapi, bisa mengenali emosi mereka sendiri dan orang lain (serta memberi label emosi itu) adalah hal yang SANGAT penting untuk dipelajari anak-anak.




Siang ini setelah makan siang, aku mengajak Abhi memahami berbagai ekspresi emosi yang sering kita lakukan dan temui. Aku menyiapkan beberapa foto dengan masing-masing ekspresi yang sudah diprint oleh suami.


Mengenal Emosi Dengan Foto Nyata
🐱 Foto Abhi waktu senang
🐱 Foto Abhi waktu menangis
🐱 Foto anak laki waktu teriak
🐱 Foto anak laki waktu takut
🐱 Foto anak laki waktu sedih
🐱 Foto anak waktu bersemangat
🐱 Foto anak laki terkejut

Aku jejer foto diseutas tali dengan penjepit kecil, kemudian menjelaskan masing-masing ekspresi yang terpampang di foto pada Abhi. Sebenarnya tidak harus menjepit satu persatu pada tali yang direntangkan, namun aku membuat cara agar anak tertarik saat proses belajar. Dimulai dengan berdoa sebelum belajar mengenal emosi.

"Bhi, ini foto Abhi waktu senang, senyum tertawa giginya kelihatan semua, kalau senang bilang apa? Alhamdulillah." tuturku padanya. Foto kedua, "yang ini foto Abhi waktu nangis, Abhi nangis kenapa ya, oh waktu ditinggal bunda keluar kamar trus Abhi nangis, Abhi takut ya, nggak usah takut ya, Abhi kan pemberani." jelasku pada Abhi.

Lanjut foto ketiga, " yang ini lagi teriak, kalau Abhi minta makan, minta nenen, minta yang lainnya Abhi nggak usah teriak, Abhi bicara pelan-pelan ya sama Bunda." Sedangkan foto ke empat, "masnya ini peluk bundanya karena takut, kalau Abhi takut peluk bunda ya, kalau sudah peluk nggak usah takut lagi, kan ada bunda, bapak sama Allah yang jagain Abhi" kataku pada Abhi.

Foto ke lima, "yang ini waktu sedih, kalau Abhi sedih bicara sama bunda ya, nggak usah teriak, nggak usah nangis, kalau Abhi sedih ingat Allah, bunda sama bapak, ya nak" tuturku padanya.

Foto ke enam, "foto ini seneng ya, semangat, hore Abhi mau sekolah, bicara apa kalau mau sekolah, bismillahirohmanirrohim Abhi mau sekolah belajar dan bermain sama teman-teman, beri Abhi kemudahan dan kecerdasan ya Allah, aamiin." ajarku padanya.

Foto terakhir, "kaget aku, ini foto lagi kaget, mlongo ya bhi, kalau kaget bicara apa? Allahu Akbar, Astagfirulloh" kataku padanya.

Ada beberapa cerita yang aku sampaikan pada Abhi setelah paparan diatas. Cerita yang berkaitan tentang perasaan, jika merasa seperti ini harus bagaimana. Dan juga aku bacakan buku Seri Menyapa Allah, anak bisa mengenal macam-macam sapaan untuk Allah, seperti Alhamdulillah, Astagfirullah, Jazakumullah, dan Allahu Akbar. Karena setelah mengenal emosi sendiri, anak sebaiknya belajar tentang sapaan untuk Allah sebagi wujud selalu memgingat Allah disetiap kondisi. Semoga Abhi memahami apa yang aku sampaikan dan mengingatnya.


#hari13
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Juni 26, 2019 No komentar

Taman Kota di Kala Senja


Adzan ashar sudah berkumandang namun Abhi belum terbangun dari tidurnya. Tepat jam dinding di angka setengah empat Abhi bangun bertepatan dengan Kakung dan tantenya datang berkunjung. Setelah beberapa saat mereka beristirahat, aku mengajak ke taman kota mengantar Abhi bermain. Sebelumnya aku sudah ijin pada suami untuk membawa Abhi ke taman setiap sore hari.

Taman kota tak jauh dari tempat tinggal kami, tak sampai 10 menit sampai dengan ojek online. Kemudian aku memberi tahu pada suami kalau kami sudah tiba di taman kota namanya Taman Garuda. Abhi bersemangat langsung tangga menuju taman, matanya berkelana melihat penjual ditepi jalan, bunga yang bermekaran ditaman dan tatapannya tertuju pada prosotan yang ramai dengan anak sebayanya. Aku mengajak Abhi mengelilingi taman naik turun tangga dan main prosotan kesukaannya.

Awalnya dia enggan naik ke prosotan karena ada anak agak besar yang menghalang-halangi jalannya, aku beri motivasi kalau tak apa bermain bersama dan tidak usah takut. Beberapa kali dia prosotan kemudian berkeliling taman, duduk istirahat di bungalo. Setengah jam aku dan Abhi bermain ditemani Kakung dan tantenya kemufian Bapaknya datang menghampiri, karena kantor Bapaknya tepat dibelakang taman.



Saat Abhi main prosotan aku berada di atas memastikan Abhi aman sebelum turun dan Bapak berada di bawah menangkap Abhi. Bahagia terpancar dari raut wajah Abhi banyak yang menemani dia bermain. Abhi sudah tidak ketakutan ditempat ramai dan bertemu dengan orang asing. Aku akan mengagendakan bermain ke taman kota lebih sering supaya bisa meningkatkan kecerdasan sosial Abhi terhadap teman sebayanya dan lingkungan dimana dia berada saat itu.

Dilansir dari situs Nestle, Bermain bisa dibilang adalah kegiatan yang paling disukai oleh hampir semua anak.Tapi sayangnya, sebagian anak lebih sering menghabiskan waktu dengan bermain gadget atau menonton televisi. Permainan pasif yang minim gerakan ini tentu dapat memengaruhi kesehatan Si Kecil, termasuk berat badan anak. Ibu disarankan untuk mengajak Si Kecil lebih aktif, misalnya dengan bermain di taman. Selain untuk membantu menjaga berat badan ideal anak, berikut ini adalah berbagai manfaat yang bisa diperoleh Si Kecil dengan menghabiskan waktu di taman.

1. Koordinasi dan Keseimbangan Tubuh yang Lebih Baik
Ketika bermain di alam, pemainan anak-anak menjadi lebih beragam dan kebanyakan akan membuatnya lebih banyak bergerak. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan motorik, melatih refleks, dan keseimbangan tubuhnya sehingga Si Kecil dapat jadi lebih lincah.

2. Meningkatkan Kreativitas
Banyak hal baru di sekitar taman yang dapat merangsang rasa ingin tahu Si Kecil. Hal ini tentu dapat meningkatkan perkembangan kognitif, daya nalar, dan keterampilan Si Kecil dalam mengamati sesuatu. Dengan demikian, imajinasi Si Kecil dapat berkembang.

3. Lebih Mandiri
Alam dapat merangsang rasa ingin tahu Si Kecil dan mendorong ia untuk lebih berani bereksplorasi. Saat berada di taman, Moms dapat melatih Si Kecil lebih mandiri dengan mengajaknya untuk mencoba banyak hal baru, sesederhana coba memegang berbagai macam tekstur, misalnya batu, daun, rumput, dan lain sebagainya.

4. Memperkuat Daya Tahan Tubuh
Dengan lebih sering berada di luar, Si Kecil bisa mendapatkan lebih banyak sinar matahari yang merupakan sumber vitamin D. Udara segar dari pepohonan hijau juga dapat memperbaiki kualitas oksigen yang masuk ke tubuhnya.

5. Terapi yang Baik untuk Si Kecil dengan ADHD
Para peneliti di University of Illinois menemukan bahwa 30 menit bermain di taman dapat membantu anak-anak dengan attention deficit hyperactivity (ADHD) lebih berkonsentrasi di sekolah dan lebih tenang di rumah.

6. Membantu Konsentrasi di Sekolah
Menurut laporan dari National Wildlife Federation pada tahun 2010, para guru melihat bahwa anak-anak yang sering bermain di luar secara rutin, memiliki konsentrasi dan performa yang lebih baik saat belajar. Dengan bermain di luar, Si Kecil dapat mengasah rasa ingin tahu dan belajarnya.

Sumber Literatur
Nestle.2018.https://www.awalsehat.nestle.co.id/manfaat-mengajak-si-kecil-bermain-di-taman#

#hari12
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 25, 2019 No komentar

Keep On Track, Follow Me


Aku buat alur buat jalan Abhi, dan pada beberapa titik aku beri mainan kesukaannya, diakhir jalur aku beri permainan melembar pin target. Setiap permainan pasti ada aturan mainnya, dan sekarang Abhi belajar mengikuti aturan yang agak panjang dan lama. Ikuti garis, kaki tetap digaris, temukan mainanmu, loncat dan lempar bola kenai pin target yang tergantung, itulah aturan yang aku utarakan sebelum game dimulai. Pastinya penyampaian aturan ini dengan bahasa anak yang mudah dipahami ya.



Awalnya dia agak bingung dengan garis hitam yang tertempel di lantai, hingga mau di lepas. "Abhi sini jalan diatas garis warna hitam ini ya" ajakku. "Sekarang berdoa dulu, Bismillahirohmanirrohim Ya Allah Abhi mau belajar sambil bermain" bimbingku.

Kemudian aku ajak dia bermain, dengan cara pertama aku dibelakangnya dan menuntunnya mengikuti garis. Jika ditengah game melihat maianan, kemudian berhenti sebentar dan mengambil mainan tersebut. Tujuan memberikan mainan kesukaan Abhi ditemgah game sebagai bentuk bonus sudah berjalan mengikiti garis. Saat garis putus-putus aku ajarkan Abhi untuk loncat. Dan diakhir game aku ajak Abhi duduk dan melempar pin boling yang tergantung menggunakan bola plastik. Peraturannya sekarang melempar bola yang dikenkan ke target yaitu pin boling.

"Good job, Abhi bisa ya" pujiku ketika Abhi mengikuti garis tanpa menolak dan tenang, terakhir melempar bola untuk mengenai pin, walaupun masih banyak yang meleset.

Beberapa saat kemudian, aku ulang lagi aku berada didepan seperti bermain menjadi gerbong kereta api. "Yuk Abhi ikutin bunda ya, kakinya injak garis hitam" ajakku. Dia mengikutiku dengan lancar dan belajar loncat, kemudian melempar bola ke pin boling yang tergantung lagi.

Kali ini Abhi sabar dan menurut terhadap peraturan yang aku buat. Abhi juga tenang mengikuti arahan dariku, tidak teriak atau lari saat bermain. Pada permainan ini motorik halus dan kasar terasah, dan koordinasi indera pengihatan dan geraknya diperlukan disini. Mulai setelah bermain aku selalu membacakan doa dan mengajak Abhi menengadahkan tangannya ke atas.

#hari11
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 24, 2019 No komentar



Menjelang magrib kami bertiga pulang ke rumah, liburan selesai, he. Seharian cuma bermain puzzle buah dan flashcard bersama Abhi, karena itu mainan yang aku bawa ke Semarang. Belum ada family project yang berarti, kemudian aku ada ide malam ini menceritakan kisah hewan dengan visualisasi jenis binatang dengan menggunakan flascard.


Aku pilih beberapa cerita islami bertema binatang dan kemudian aku mencari gambar binatangnya di flashcard. Sebelum aku mulai kegiatan ini Abhi masih tertawa terpingkal-pingkal karena bermain kelitik bersamaku dan bapaknya. Aku coba tenangkan dia dengan mengajak berdoa mau belajar, sejenak mau tenang danbtidak tertawa, namun dia kembali tertawa.


"Suutttt, Abhi diam dulu, dengerin bunda dulu yuk, ayo belajar sebentar" aku ulang kalimat ini hingga dia mau berhenti dari tertawanya dan mendekatiku.



"Pinter anak bunda" pujiku. "Ini pegang dulu gambar ulat" aku sodorkan flashcard padanya. Kemudian ku ceritakan tentang kisah Ulat Tinggal di Dasar Laut. Dia menyimak sambil melihat dan memutar-mutar flashcard yang dia pegang. Pesan moral dari kisah ini adalah kita harus saling menyayangi sesama dengan memerhatikan keperluannya dan menolongnya.




Berlanjut ke kisah kedua yang berjudul "Perhatian Nabi Sulaiman Kepada Bangsa Semut" kembali aku berikan gambar semut padanya. Tak lupa aku sampaikan pesan moral diakhir ceritaku, bahwa kita harus menyayangi semua ciptaan Allah walaupun sekecil apapun itu. Abhi masih asyik melihat flashcard dan sesekali meniru suku kata terakhir yang aku ucapkan.



Alhamdulillah durasi fokusnya semakin lama dan tidak berlari-lari kesana kemari. Aku lanjutkan ke cerita ketiga yaitu Burung dan Gunung Bertasbih, pada kisah ini Allah memerintahkan gunung-gunung bertasbih mengikuti Nabi Zaud setiap pagi dan senja, kemudian diikuti pula oleh burung-burung. Gunung dan burung pun bertasbih pada Allah, apalagi kita yang diberi nikmat luar biasa, sebaiknya selalu bertasbih dan mengingat Allah dikeseharian kita.



Cerita terakhir bertajuk Tetap Hidup Saat diTelan Paus, sebuah kisah mencari pengampunan setelah sadar melakukan dosa dan ketika mendapat teguran dari Allah. Sebaiknya kita sadar dan memohon ampun kepada Allah sebelum Allah menegur kita.Sungguh Allah begitu sayang kepada hambaNya.

Berbagai cerita dengan berbagai pesan moral yang didapat, sampai dua kali aku membacakan untuk Abhi, semoga Abhi mengingatnya sampai kelak dia dewasa.

Malam yang hangat ini, fokus dan pngendalian emosi Abhi baik dan hingga akhir sesi belajar ini. Anak belajar orang tua pun ikut belajar dan mengingat kembali. Bapaknya oun menyimak apa yang aku ceritakan kepada Abhi.



#hari10
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Juni 23, 2019 No komentar

Rencana Pertama, Kedua Dan Ketiga, Akhirnya Berlabuh Ke DP Mall


Bermain Bersama Erin




Sedari pagi aku merencanakan mengajak Abhi ke Taman Indonesia Kaya yang berada di pusat kota setelah Bapaknya pulang kerja. Disela menunggu kedatanganan Bapaknya, tidur siang Abhi yang begitu nyenyak terbangun oleh gelak tawaku dan tamu kala itu. Erin yang menggemaskan jadi terpicu untuk menggodanya hingga menimbulkan sedikit kegaduhan sampai terdengar ke telinga Abhi dan akhirnya membangunkannya. Tangisan pecah terdengar dari kamar depan tempat dia tidur.

Aku gendong keluar untuk menenangkan dan bertemu Erin, kawan kecilnya. Abhi masih menyisakan segukan tangisnya. "Cup sayang, ini ada Erin, yuk masin sama Erin" rayuku. Namun Abhi masih belum merespon dengan baik. Aku beri waktu hingga Abhi benar-benar mau bermain bersama Erin, tak ku lepaskan dia dari dekapanku.

Aku rasa sudah cukup dia duduk diam dipangkuanku, aku ajak berdiri, eh dia menangis. Bersamaan datang Bapak pulang kerja, aku alihkan pada Bapaknya, seketika tangisnya hilang. Sekarang sdah lebih mudah mengalihkan rasa tak senang saat menolak sesuatu ke rasa bahagia.

Kedatangan Bapaknya membawa angin segar, Abhi kembali riang dan mau bermain bersama Erin. Beberapa saat mereka saling bersalaman dan bermain puzzle bersama. Abhi tidak menolak ketika didekati oleh Erin, semakin sering bertemu anak kecil, semakin mudah dia bergaul.

Labuhan Terakhir di DP Mall


Rencana mau ke Taman Indonesia Kaya urung, ke Kolam renang pun urung karena lupa bawa baju renang untuk Abhi. Mau meet up sama Ghaazy pun tak jadi karena kejauhan tempatnya dan sudah kesorean. Huft, sedih.. Kemanakah kita jadinya ?

Sore hari setelah mandi, Abhi diajak Bapak ke taman sebelah tempat tenis lapangan. Hanya beberapa saat saja Abhi bermain, karena lupa tidak membawa sandal. Ah, memang orang tuanya pelupa semua, jadi anak yang kurang beruntung disini.

Untuk mengobati rasa kecewaku karena semua rencana tak terealisasi, akhirnya kami pun pergi belanja keperluan sehari-hari. Turun dari mobil, Abhi menangis tanpa sebab, ternyata dia mengantuk. Duh nak, maapkan orang tuamu ini mengajak jalan-jalan tidak disaat yang tepat. Alhamdulillah emosi Abhi hari ini lebih terkontrol. Semoga dia lebih pandai mengatur emosi dan bersosialisasi pada saat yang akan datang.


#hari9
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 22, 2019 No komentar

Main Ke Kids Corner di Perpusda



Kamis malam kami sekeluarga pulang ke Semarang, ada beberapa acara di Semarang dan kami pilih menginap di rumah orang tua beberapa malam.Mumpung lagi di Semarang dan semua anggota keluarga punya agenda masing-masing, daripada mager di rumah, aku agendakan mengajak Abhi ke kids corner. Sebelum suami pergi kerja, aku minta ijin untuk membawa Abhi ke kids corner di Perpusda yang jaraknya tak jauh dari rumah.


Jam sembilan lebih sedikit aku dan Abhi diantar oleh Bapak mertua ke Perpusda, sebenaraku mau naik ojek online saja, namun karena tempat yang akan dikunjungi oleh Bapak sejalan, jadi sekalian sejalan. Sesampainya di kids corner Abhi memandangi seisi ruangan dan berlari mengelilingi ruangan. Dia tertarik dengan deretan komputer yang ditongkrongin anak-anak main game.



Sepuluh menit berselang Abhi mulai bosan menuju pintu keluar, aku ajak masuk lagi dan dia mulai teriak, seketika aku alihkan dengan menunjukkan mobil-mobilan. Alhamdulillah mulai mau main kembali. Beberapa kali dia merengek minta nenen, minum air putih, dan masih bisa ku atasi dengan cepat. Setelah nenen, aku ajak main prosotan, baca buku dan lain-lain supaya tidak bosan.

Tidak banyak anak kecil yang ada di dalam ruang itu. Aku ajak Abhi berkenalan dengan anak perempuan yang usianya jauh diatas Abhi, alhamdulillah Abhi mau bersalaman dengannya.

Dua kali Abhi minta pulang dan dua kali Abhi merengek, kondisi ruangan pun masih lumayan tenang, walaupun  ibu penjaga beberapa kali memandangi Abhi. Berbekal komunikasi produktif dan terapi mengelola emosi yang ku jalankan seminggu ini alhamdulillah rengekannya tidak terlalu lama dan teriakannyapun tidak terlalu keras.





Islam merupakan agama yang mengajarkan pengikutnya berbagai dasar dalam menjalani kehidupan didunia, juga untuk menyiapkan diri di akhirat. Islam tidak semata mengenai ibadah yang sifatnya kepada Allah, tetapi juga ibadah yang sifatnya pergaulan kepada sesama manusia, Hablumminannas.



Sosialisasi merupakan proses interaksi dan pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat. Melalui proses sosialisasi maka seseorang dapat memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat. Dengan kata lain, individu mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses pendewasaan diri.


Begitu banyak manfaat yang didapatkan dengan bersosialisasi dengan masyarakat dari berbagai kalangan.


Dengan sering mengajak anak pergi ke berbagai tempat dengan kondisi dan suasana berbeda-beda mengajarkan anak beradabtasi. Kecerdasan intrapersonal ini mengajarkan memahami tentang diri yang baik, sehingga bisa membantu untuk dapat mengendalikan diri dalam memberikan respon terhadap berbagai macam situasi. Harapannya Abhi bisa memberikan respon yang baik pada setiap situasi yang dia hadapi.

Sedangkan Kecerdasan interpersonal atau kecerdasan sosial melibatkan pemahaman situasi sosial, hubungan antar manusia, dan mengetahui hal apa yang harus dilakukan oleh anak dalam situasi tertentu. Berdasarkan kajian tersebut salah satu yang aku tekankan dalam meningkatkan kecerdasan kali ini adalah mengajarkan pada Abhi sikap seperti apa yang harus dilakukan jika berada pada situasi tertentu.




#hari8
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 21, 2019 No komentar

Botol Pemberi Aformasi Positif


Bersenang-senang dengan kegiatan manajemen kemarahan ini untuk anak-anak.


Dalam hal manajemen kemarahan untuk anak-anak, tidak ada pendekatan 'satu ukuran untuk semua'. Setiap anak memiliki temperamen yang berbeda, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak bekerja untuk yang lain.


Kenyataannya anak kecil suka pada pergerakan atau putaran sebuah benda. Dan pergerakan suatu benda yang lambat bisa menenangkan perasaan anak. Kemudian aku mencari ide pergerakan apa yang bisa dilakukan berkali-kali dan menyenangkan. Yap, aku menemukan ide membuat botol berisi beberapa pom pom, sedikit manik untuk meronce dan air.

Abhi mulai teriak saat televisi aku matikan karena acara kartun sudah berakhir. Kemudian aku tenangkan sebentar dan mengajaknya membuat botol afirmasi positif ini. "Yuk Abhi ikut bunda ke kamar mandi, botolnya diisi air, coba liat nanti pom pomnya gimana" ajakku. Dia aku ganteng memasuki kamar mandi dengan menghentikan teriakannya.

"Pom pomnya dimasukin ke botol ya bhi" perintahku, "terus maniknya masukin juga" kataku.
"Sekarang diisi air sampai hampir penuh, tutup botolnya" kataku pada Abhi.
Abhi menyimak dengan tenang apa yang aku lakukan.
"Sekarang botolnya dibalik ya, pom pomnya renang naik ke atas, maniknya turun kebawah ya bhi, bagus ya" jelasku.



Abhi langsung mengambil botol itu dan dikocok-kocok, senyum-senyum dia melihat pom pom yang naik turun hingga muncul buih air.
Disini aku juga mengajarkan pom pom yang ringan jadi mengambang naik ke permukaan air, dan manik yang berat akan tenggelam didasar botol. Dan lagi warna-warni pom pom dan manik bisa menjadi salah satu media belajar warna.

Alhamdulillah botol ini cukup bisa menenangkan teriakan dan amarah Abhi. Beberapa kali dia pegang, lihat dan pergi bermain kembali. Perasaan yang muncul dari ekspresi wajahnya ketika melihat botol afirmasi adalah tersenyum tenang dan ingin menggerakkan pom pomnya kembali.



Membuat Ritual Menenangkan Anak


Ketika anak-anak marah, mereka sering tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kemarahan mereka sering datang dari perasaan tidak berdaya dalam suatu situasi. Dengan mengajari mereka beberapa teknik menenangkan yang telah dicoba dan benar, kita dapat membantu mereka untuk tidak merasa begitu tak berdaya. Hal yang sering aku lakukan adalah :

🌻 Menutup mulutnya dengan jari telunjuk ketika berteriak

🌻 Memeluk sambil bicara pelan di dekat telinganya "Abhi mau apa, nggak usah teriak, bicara pelan ya"

🌻 Mencari tempat yang bisa membuat anak tenang

🌻 Meminta anak tenang dengan melihat kita

🌻 Meminta menarik napas panjang. Sebanyak yang diperlukan untuk membuat anak merasa agak stabil

🌻 Kemudian minta anak tersenyum. Bahkan jika anak tidak merasa ingin tersenyum, tindakan melakukannya telah terbukti mengangkat semangat. Akhirnya, minta anak memberikan tawa palsu terbesar yang bisa mereka berikan. Biasanya, tawa palsu akan menghasilkan tawa nyata. Tetapi bahkan jika tidak, pada saat amarahnya selesai anak akan merasa jauh lebih tenang dan dapat mengutarakan apa keinginannya.


#hari7
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Juni 20, 2019 No komentar

Berlatih Sabar Saat Membuat Keterampilan Untuk Mengelola Emosi Dan Meningkatkan Kreatifitas Serta Imajinasi Anak





Salah satu cara mengelola emosi adalah dengan berlatih sabar. Beberapa kegiatan yangbbisa digunakan melatih kesabaran anak yaitu kegiatan memancing, antre di tempat umum atau antre mandi di rumah,dan berlatih sabar ketika membuat sesuatu yang prosesnya lama. Sekarang aku membuat sebuah kegiatan yang cukup melatih kesabaran karena prosesnya yang cukup lama. Kegiatan yang akan kami berdua kerjakan adalah membuat DIY proses hujan.

Kegiatan bermain air salah satu kegemaran Abhi, sekarang aku gabungkan dengan melukis tentang proses terjadinya hujan. Dengan peralatan seadanya di rumah mari kita berkarya. Anak akan kreatif jika ibunya kreatif. Dan aku belajar untuk kreatif sekarang demi dia, iya dia anak pertama kami.

Sehabis Abhi bermain air di ember mandi dengan riang gembira, kini saatnya mengasah emosinya dengan berlatih sabar membuat simulasi hujan yang datang dari langit atas kehendak Allah. Ketika hujan, gravitasi menarik setiap tetes hujan ke tanah, jadi kami pikir kami akan menggunakan gravitasi untuk membantu kami membuat awan hujan. Kegiatan melukis ini sangat menyenangkan bagi anak-anak dan cara yang bagus untuk menambah pembelajaran tambahan tentang siklus air dan hujan.

"Abhi, ini bunda siapin buat belajar proses hujan" kataku. "Duduk sini dan berdoa dulu sebelum belajar, bismillahirohmanirrohim Ya Allah Abhi mau belajar melukis semoga jadi bagus dan bisa sabar" doa yang ku ucapkan sebelum mulai.

Pertama melukis laut, Abhi antusias sekali, kemudian melukis matahari masih duduk dipangkuanku. Beralih ke cat warna biru dan merah untuk melukis pohon, Abhi sudah kabur masuk kamar. Aku ajak lagi  duduk menyelesaikan lukisan kami.

Sampai pada menempel tissue sebagai awan, Abhi dengan senang hati menempelkan. Aku mau mencapur warna untuk melukis tanah, teriakan kebosanan Abhi pecah. Aku tutup mulutnya dengan jari telunjukku, dan berkata "Abhi mau apa? nggah usah teriak, haus? sabar dulu sebentar ya, ini sudah mau selesai". Lantas dia pun diam dan minta nenen. Setelah tenang kami lanjutkan membuat skema proses hujan ini.

"Air hujan itu dari air laut yang kepanasan kena sinar matahari, naik ke langit jadi awan. Awannya ketiup angin bergerak ke atas pohon, terus air hujannya turun, pohonnya jadi basah" sambil aku peragakan tetesan air yang turun membasahi pohon.

"Hujan yang turun dari langit itu kehendak Allah, pemberian Allah, buat air minum Abhi, buat air minum pohon" jelasku padanya. "Jadi Allah yang turunkan hujan" tegasku.

"Kalau turun hujan, Abhi berdoa ya, berdo’a ketika turun hujan: Allahumma shoyyiban nafi’an" kataku padanya.

Alhamdulillah Abhi tidak begitu tantrum kali ini dan fokusnya semakin meningkat.



#hari6
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional









Juni 19, 2019 No komentar

Belajar Memelihara Ikan




Empati merupakan kemampuan penting untuk melatih kecerdasan dalam menjalin hubungan atau sekarang lebih dikenal dengan istilah Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ). Semakin baik empati anak maka semakin baik juga EQ-nya. Salah satu cara untuk melatih empati anak yaitu dengan memelihara binatang peliharaan.


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Goleman menunjukkan bahwa IQ hanya hanya menyumbang 20 % dalam kesuksesan manusia. Sisanya, atau 80% tergantung pada EQ yang kita punya. Yap, EQ adalah  kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya (Wikepedia). Bahkan, EQ dianggap dua kali lipat lebih penting dibandingkan IQ ( kecerdasan intelektual).


Penelitian tersebut tentu membuktikan bahwa kesuksesan seseorang karena memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang bagus. Dan sebagai orangtua sangat penting untuk menjaga empati anak dalam pola asuh kesehariannya. Jangan sampai empati anak digerakkan oleh rasa takut akibat ditekan, rasa kasihan bernada merendahkan atau narsisme.


Ingin anak Anda sukses di masa depannya? Salah satu cara yang bisa dilakukan sekarang ialah mengijinkan anak memelihara binatang kesayangannya. Selain menghibur, memelihara binatang kesukaannya pun bisa menjadi momen yang mendidik. Berikut ini beberapa keuntungan yang didapatkan anak untuk mengasah empatinya melalui binatang peliharaan.


Memelihara binatang membutuhkan tanggungjawab, melatih disiplinnya. Di sini anak harus belajar bertanggung jawab akan kesejahteraan kehidupan binatang pilihannya. Pastikan Anda tetap mendampingi, melatih dan mengawasi anak dan tanggungjawabnya tersebut. Berikan contoh yang baik dalam memelihara binatang dan biarkan anak mengikutinya.


Latihan memperlakukan binatang peliharaannya dengan baik bisa mengajarkan anak untuk memberikan kenyamanan dan menjaga perasaan orang disekitarnya.


Memelihara binatang memungkinkan anak pada saat tumbuh kembangnya peka akan cara merawat dan memperhatikan orang lain. Pelajaran yang didapatkan ketika merawat dan memperhatikan binatang kesayangannya.


Empati tentu sangat dibutuhkan ketika anak bergaul baik di dalam keluarga maupun dalam kesehariannya. Menurut psikolog Dra Ratih Andjayani Ibrahim, MM, faktanya anak sama seperti makhluk hidup lain yang memiliki ikatan kuat dengan alam, jika anak memiliki hubungan yang baik anak pun dapat lebih sehat secara fisik maupun mental.


"Berdasarkan penelitian Kaufman anak dapat berlatih mengembangkan rasa empatinya melalui kedekatan dengan hewan. Jadi, hal ini akan menumbuhkan empatinya juga pada manusia," kata Ratih. Selain itu, hewan juga bisa dijadikan salah satu terapi untuk menumbuhkan emosional dan sosial skill pada anak berkebutuhan khusus.


Memelihara hewan juga masuk dalam kategori kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak. Merupakan teknik pembelajaran kinestetik di mana anak terlihat suka ketika menyentuh, merasakan, dan melakukan sesuatu dengan subjek. Pelajaran ini harus dilakukan di luar ruangan karena lebih memungkinkan untuk eksplorasi lebih banyak hal.



Sejak kecil saya mememelihara binatang di rumah. Ikan yang pertama, kemudian kelinci, berganti kucing. Seingatku, ibu menawarkan membeli ikan waktu aku ikutbke pasar tradisional dekat rumah. Sepertinya itu cara bapak  dan ibu untuk mengenalkan ku pada rasa empati pada binatang. Dan ibu memberiku tanggungjawab memberi mereka makan, bukan sekedar mengatakan “lucu”. Dengan begitu aku bisa bertanggungjawab dan berinteraksi lebih dekat dengan mereka karena aku “pemiliknya”. Dari sana rasa empati ku pada binatang tumbuh perlahan, bahwa mereka bukan mainan, bukan “sesuatu” melainkan sesama makhluk hidup. Mereka bisa merasa ketakutan, bisa menunjukkan kegembiraan, bisa berterima kasih pada pemiliknya.


Pentingnya empati pada binatang bukan sekedar untuk memperlakukan mereka dengan baik, tapi juga mengajarkan pada kita bahwa kita hidup dalam ekosistem yang sama dan karenanya harus bertenggang rasa. Kucing sedang tidur, diganggu. Ada anjing lewat, dilempari batu. Ada burung melintas, diketapel. Haduh. Kalau ada yang melakukan itu di depan saya, pasti saya katakan, ‘jangan, kasihan’. Tidak banyak orangtua yang mengajarkan empati pada binatang seperti orangtua saya.



Aku meminta ijin pada suami untuk pergi ke pasar kota membeli beberapa ikan dan makanannya. Tempat aquarium aku masih menyimpan pemberian dari suami ketika belum menjadi istrinya. Seperti bernostalgia kenangan masa kecil ke pasar dengan almarhum ibu dan kenangan di temani suami beli ikan penghilang penat sepulang bekerja.


"Ayuk Abhi ikut bunda ke pasar beli ikan hias, bismillah naik ojek online" kataku pada Abhi.
Sesampainya di toko ikan hias samping pasar, aku tengok sana sini melihat koleksi ikan hiasnya. Tidak terlalu banyak pilihan ikan hiasnya, tak apalah cuma buat memperkenalkan Abhi bagaimana merawat dan menyayangi binatang.


Belum terlalu lama Abhi sudah meminta keluar karena tempat yang tidak terlalu luas dengan pengunjung yang mulai memenuhi ruko. Emosinya mulai tidak stabil padahal aku belum memutuskan ikan mana saja yang akan aku bawa pulang.

"Abhi suka ikan yang mana? yang kuning ini namanya lemon" tanyaku padanya, dia malah teriak mengajak keluar. "Sebentar ya, bunda cepetin nih beli ikannya" kataku menenangkannya.

Setelah aku memilih ikan, batu dan makanan ikan, langsung menuju pasar sayur tak jauh dari toko ikan. Kebosanan Abhi memilih ikan hilang dengan berpindah tempat dan suasana. Ditengah belanja sayur dan lauk sembari berdoa semoga plastik tempat ikan tidak robek dan bocor, bisa mati ikannya kalau kehabisan air.

Kembalilah kami berdua ke rumah dengan ojek online lagi, salah satu bentuk kemandirian dengan kemana-mana dengan ojek online. Kemudian aku bersihkan mangkok aquarium yang akan menjadi tempat hidup baru ikan kecil yang aku beli tadi. Aku tata di lantai mangkok aquarium, ikan yang sudah aku pindahkan ke wadah plastik, makanan ikan, dan batu kecil.

"Abhi ayo ikannya di masukin sini dulu biar bisa bernafas lega" ajakku padanya, namun dia tak mau dan teriak. Entah kenapa ekspresinya tidak begitu suka dengan ikan. Aku beri pengertian tidak usah takut dengan ikan, ikannya tidak menggigit, ikannya kecil tidak bahaya.

"Abhi sini ambil makanannya, dikasi ke ikannya" kataku padanya. Diambil sejumput pakan ikan lalu di taburkan ke mangkok aquarium. Ekspresinya belum berubah masih sedikit takut melihat ikan.

Setelah beberapa saat, raut bahagianya kembali, aku nyanyikan lagu ikan berenang-renang di laut, sampai ku buatkan lagu bertema ikan. Dia tampak bahagia dan mau memandang ikan dengan tersenyum.

"Ikannya Abhi ada berapa? e... naaamm" ajarku.
"Ikannya ada yang warna kuning, orange, biru" kataku.
"Ikannya ada yang pendek, panjang" sambil ku peragakan ukuran ikan tersebut dengan jariku.
"Ikannya ada yang kecil, ada yang besar" kataku padanya.

Aku lanjutkan dengan menjelaskan siapa yang menciptakan ikan, "Ikan yang ciptain Allah, siapa bi yang ciptain ikan? Allah" kataku padanya.

Ternyata penjelasan yang panjang kali lebar dengan ekspresi penuh kebahagia di muka ku baru bisa mengusir rasa takut Abhi. Ku tanya lagi apakah dia ingat atau tidak penjelasanku tadi.

"Yang renang-renang itu apa bi?" sambil ku tunjuk ikan dalam wadah. "Kan" jawabnya.

"Alhamdulillah, Abhi belajar merawat ikan, Abhi harus sayang hewan, karena hewan juga ciptaan Allah" kataku diakhir belajar kami.




Sumber Literatur
Lina Marliana.2012.https://www.ibudanbalita.com/forum/diskusi/Melatih-Empati-Anak-dengan-Memelihara-Binatang
Detikhealth.2013.https://m.detik.com/health/anak-dan-remaja/d-2290751/ini-alasannya-kenapa-anak-perlu-dekat-dengan-hewan



#hari5
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 18, 2019 No komentar

Melukis Gelombang Emosi


Secara umum, orang dewasa berpikir bahwa hidup seorang anak itu mudah tanpa masalah yang sangat kecil dan tanpa perasaan yang mudah dikelola serta emosi yang berkaitan dengannya. Sampai batas tertentu persepsi ini benar tetapi kita harus memperhitungkan bahwa untuk anak-anak kecil masalah dan emosi yang terkait dengan masalah itu sangat besar. Mungkin mudah dan tidak penting untuk orang dewasa tetapi untuk anak-anak, itu adalah masalah besar untuk mengelola perasaan besar itu.


Kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, mengendalikan dan mengekspresikan emosi disebut kecerdasan emosional. Karena kemampuan seseorang untuk mengelola emosinya secara efektif membantu dalam setiap dan setiap aspek kehidupan mereka, kecerdasan emosi menjadi prediktor yang sangat penting untuk kesuksesan dan kebahagiaan. Penelitian telah membuktikan bahwa kecerdasan emosi pada anak-anak adalah salah satu prediktor terkuat keberhasilan mereka di masa dewasa.


Beberapa anak secara alami lebih pintar secara emosional daripada teman sebayanya. Anak-anak yang secara emosional cerdas ini memiliki keunggulan di atas teman sebayanya. Hal terbaik tentang kecerdasan emosional adalah bahwa hal itu dapat diajarkan dan dipelajari. Orang tua yang menjadi orang paling penting dalam kehidupan anak-anak mereka dapat memainkan peran yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan emosi pada anak-anak.

Salah satu langkah membantu membangun fondasi yang kuat untuk membangun kecerdasan emosional pada anak-anak.
Beberapa Alat Sederhana Untuk Mengelola Emosi Umum
Kita dapat mengajarkan beberapa alat sederhana untuk menangani emosi umum seperti kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan kekhawatiran dengan:

🐣 Mengambil napas dalam-dalam.
🐣 Berlari dan menyentuh berbagai hal.
🐣 Melompat, berharap, atau melakukan aktivitas fisik apa pun yang disukai anak.
🐣 Melukis, menggambar atau mewarnai.

Berlatihlah menggunakan alat-alat ini ketika anak-anak mengalami emosi-emosi ini. Secara bertahap, anak-anak akan belajar mengelola emosi negatif yang besar sendirian.


Corat Coret Untuk Belajar Sabar



Sore ini aku agendakan Abhi bermain dengan cat warna. Dari kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi hingga kegiatan senang. Kegiatan melukis,menggambar atau mewarnai merupakan salah satu terapi untuk mengelola emosi pada anak. Sudah sering dia bermain dengan cat warna salah satu manfaatkan adalah menyalurkan ekspresi yang dia rasanya saat itu.

Aku beri nama "gelombang emosi", Abhi aku ajarkan melukis pola gelombang dengan cat cair. Ternyata salah satu terapi mengelola emosi itu dengan melukis, jadilah aku beri nama kegiatan sore ini melukis gelombang emosi. Pola gelombangbyang naik turun ini ibarat pernapasan seseorang yang masuk dan keluar serta emosi seseorang yang kadang naik dan turun.

Aku siapkan dua buah kertas putih sebagai media melukis, dua cat warna biru, kuning , kuas, palet pencampur warna.
"Abhi sudah selesai makan pisangnya?" tanyaku. "Yuk melukis sama bunda" ajakku padanya.
Aku mengajarkan Abhi membuat warna hijau dari campuran cat air warna kuning dan setetes warna biru. "Hore jadi warna hijau" sorakku.

"Buat begini ya, pegang kuasnya, ambil catnya, aduk-aduk, sentuhkan ke kertas, naik turun, naik lagi turun lagi, jadi gelombang, ini namanya gelombang" contohku pada Abhi.

"Bismillah ya Allah, sekarang Abhi mau melukis gelombang emosi" ajakku. Kupegang tangan Abhi, ku pandu membuat pola gelombang. Lima menit duduk tenang, berdiri dan pergi masuk kamar. Aku panggil lagi, kami membuat gelombang ke dua, dan pergi lagi. Jadilah 3 baris gelombang yang berhasil dibuat dengan tertatih-tatih.

Sore ini alhamdulillah tidak ada teriakan, atau tangisan, hanya bosan lalu kabur dan kembali melukis lagi.
"Sudah ya belajar melukis gelombang emosi, alhamdulillah Abhi lebih tenang hari ini" kataku padanya.



Mengemas kegiatan bermain sekaligus belajar serta terapi mengelola emosi. Emosi sangat kuat dan keras tetapi emosi membuat kita menjadi manusia. Mengelola emosi adalah salah satu prediktor terkuat kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup. Orang tua yang menjadi orang paling penting dalam kehidupan anak-anak memiliki kekuatan untuk membangun kecerdasan emosional pada anak-anak mereka.


Sumber Literatur :
Seemabzakir.2018.https://pin.it/fx3tj7jrl4pxwg


#hari4
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional


Juni 17, 2019 No komentar

Puzzle Susah Aku Marah



Masih terpatri dalam ingatanku, saat Oky kecil tetiba teriak seketika almarhum ibu menutup mulut ini dengan tangannya hingga meninggalkan bekas panas di sekitar mulut. "Teriak lagi?" katanya sambil melotot. Almarhum ibu sangat tidak suka dengan kebiasaanku yang suka teriak waktu kecil. Kini sama rasany ketika melihat Abhi teriak-teriak dengan suara melengkingnya, aku mulai naik darah. Semakin hari membersamainya dan semakin banyak belajar parenting, aku sadar kalau bersikap keras pada anak tidak memperbaiki hanya membuat luka dihatinya.

Waktu menunjukan di angka 10 siang, saatnya Abhi memulai kegiatan motessorinya. Aku akan memulai dengan meningkatkan kecerdasan intelektualnya dengan kegiatan kognitif belajar mengenal angka dengan puzzle dan buku counting (berhitung). Aku menyiapkan puzxle dan buku untuk belajar sambil menggandengnya kemudian duduk di sebelah kiriku. Aku targerkan belajar ini bisa berlngsung lancar dalam durasi 30 menit.

"Yuk main puzzle sambil belajar angka, baca buku sambil belajar angka. Berdoa dulu sebelum belajar, bismillahirohmanirrohim Ya Allah Abhi mau beljar angka berilah kemudahan saat belajar" ajarku padanya.

Kemudian aku mendemokan bagaimana menyusun puzzle dimulai dari angka satu. Abhi melihat dengan ekspresi penasaran.
"Sekarang Abhi yang pasang puzzlenya ya, mulai dari angka satu" ajakku padanya.



Dengan kepayahan dia memutar-mutar puzzle biar bisa masuk dan terpasang baik. Menginjak angka puluhan dimana puzzle lebih besar dan lekukan lebih banyak, Abhi mulai kesulitan memasangnya. Kemudian dia teriak dan melepaskan puzzle dari genggamannya merengek minta nenen.

"Boleh nenen sebentar nanti pasang angkanya lagi ya" perintahku padanya. Aku masih bertoleransi besar karena Abhi yang belum bisa mengelola emosinya.

Beberapa saat, "Udah ya nenennya, sekarang pasang puzzle angkanya lagi, anak bunda kan pinter" rayuku.

Tapi dia tak mau teriak dengan kencangnya, sontak aku tutup mulutnya namun tidak dengan tekanan, sambil ku berkata. "Abhi mau apa? kalau teriak bunda nggak tahu Abhi mau apa".

Namun langkah ini tidak menghentikan teriakannya, kemudian aku bisiki telinganya "Bicara pelan-pelan ya sayang, nggak usah teriak-teriak". Alhamdulillah berhenti teriakannya, ternyata semakin aku memelankan suara, semakin pelan juga teriakannya dan berhenti ketika dia paham apa yang dilakukan tidak benar.

Ku peluk badannya, "Abhi pasti bisa, kalau susah coba lagi, Abhi kan anak pandai" kataku. Emosiku sungguh diuji dalam seperempat pertama belajarnya. Akhirnya dia mau kembali memasang puzzle angka dan membuka buku berhitung sambil ku jelaskan gambar-gambar yang tercetak di dalam buku itu.

"Alhamdulillah belajar angka sudah selesai, diingat ya sayang angka satu sampai sepuluh" kataku padanya saat mengakhiri game siang itu.

Dari kacamata psikologi, ada beberapa penyebab yang mendasari kenapa anak suka bicara dengan teriak-teriak.Di antaranya:

🌾 Cari perhatian.

Ingat, anak prasekolah belajar dari lingkungan.Ketika lingkungan memberi respons "istimewa" saat ia melakukan cara tertentu, anak akan mengulanginya lagi.
Sayang, karena biasanya respons yang berlebihan justru kita berikan saat anak berperilaku tidak menyenangkan, seperti bicara sambil teriak-teriak.
Respons kita (marah-marah atau sekadar mendelikkan mata) akan membuatnya senang dan berniat mengulanginya.

🌾 Sifat ego.

Anak usia prasekolah masih dikuasai egosentrisme. Ia tak mau tahu bahwa ada yang tak nyaman dengan gaya bicaranya itu.

🌾 Kemampuan bicara.

Kemampuan bicara atau berbahasa si prasekolah sedang pesat-pesatnya. Ia bisa mengutarakan sesuatu dengan kalimat yang utuh dan lancar. Ia melakukan "eksperimen" dengan berbicara keras seperti orang yang berteriak-teriak.

🌾 Meniru.

Si prasekolah bisa juga bicara berteriak-teriak lantaran meniru orang dewasa di sekitarnya. Anak usia dini belajar dari lingkungan dengan cara meniru. Untuk itu kita perlu mengubah perilaku terlebih dulu, sebelum mengharapkan anak berubah.

🌾 Belum bisa melampiaskan emosi secara positif.


Anak usia prasekolah belum sepenuhnya dapat melampiaskan emosi secara positif. Ketika menghadapi ketidaknyamanan, ia memilih berteriak-teriak demi melampiaskan emosinya. Keadaan ini bisa makin parah jika orang dewasa yang ada di sekitar anak juga kerap berperilaku emosional.

Solusi

Tentu tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar. Untuk menghadapi anak yang masih suka bicara teriak-teriak, beberapa langkah ini dapat membantu:

🌱 Beri pengertian.

Tekankan pada anak bahwa tanpa berteriak pun dia akan mendapat perhatian dari orangtua dan orang di sekitarnya. “Sayang, enggak usah teriak-teriak gitu. Mama dengar kok.” Hindari kata-kata panjang lebar dan berkesan menasihati. Pengertian juga bisa diberikan lewat dongeng, bermain atau kegiatan lain yang menyenangkan.

🌱 Introspeksi.

Apakah selama ini ada anggota keluarga dewasa yang berkomunikasi dengan nada berteriak?
Ajaklah yang bersangkutan menghilangkan kebiasaan bicara dengan nada tinggi kalau tak mau gaya ini ditiru anak.

🌱 Jadi teladan

Pada intinya, bila ingin men-gubah cara bicara anak menjadi lebih manis, lemah lembut, dan lebih sopan, jadilah teladan baginya.
Tak perlu membalas teriakannya dengan bicara keras pula.
Mulailah dari diri kita untuk menurunkan volume suara.
Tatap mata anak dan bicaralah dengan halus (sedikit berbisik) namun tegas.
Dengan cara ini biasanya anak akan terdiam dan mulai mendengarkan suara kita, karena penasaran, “Apa nih yang sedang diomongin Mama, kok bisik-bisik?" Biasakan berkomunikasi dengan siapa pun termasuk dengan anak dalam volume suara sedang.

🌱 Kecilkan volume teve, CD player, radio, dan lainnya.

Ini yang terkadang tidak di-sadari, anak berteriak demi menyaingi suara lingkungan yang gaduh. Perhatikan perangkat audio visual di rumah, apakah kerap disetel dengan volume tinggi? Kalau ya, segera ciptakan suasana rumah yang tenang agar anak pun tidak perlu berteriak jika ingin bicara.

🌱 Hindari keinginan balas berteriak.

Mendengar si prasekolah berteriak bisa mendorong kita untuk balas berteriak, bukan? Reaksi ini wajar tetapi kurang bijaksana.
Sekali lagi, berteriak untuk menghentikan teriakan anak, justru memicu kompetisi dan mengilhaminya untuk lebih meningkatkan volume teriakan. Anak juga membuat tindakan itu sebagai alasan, "Ayah Ibu juga teriak, masa aku enggak boleh!"

🌱 Ajari anak mengatur volume bicaranya.

Terkadang anak tidak dapat mengatur volume suaranya karena tidak ada masukan dari orang-orang di sekitarnya.
Beri ia gambaran seperti apa volume suara yang tidak mengganggu lingkungan itu.
Suara yang terdengar di dalam ruangan tentu berbeda dari yang di luar ruangan. Bantu anak menyadari hal itu dan mulai belajar “menyetel”volume suaranya sesuai tempat keberadaan.

🌱 Abaikan.

Kadang-kadang sikap mengabaikan diperlukan demi mengatasi anak yang mencari perhatian dengan berperilaku buruk.
Jika sudah diberi tahu bahwa suara-nya amat menganggu, namun ia tetap bicara keras-keras, coba abaikan saja dia.
Baru, sesudah ia mau menurunkan volume suaranya, kita tersenyum padanya dan memenuhi permintaannya.
Ini akan mendorong anak untuk mengubah kebiasaan buruknya itu karena sadar ia hanya akan mendapat perhatian kala ia bicara dengan sopan.

🌱 Ajarkan bagaimana menyelesaikan masalah secara positif.

Di kala emosi tengah memuncak, terkadang kita memarahi anak dengan berteriak-teriak.
Sungguh sangat ideal, bila kita dapat mengontrol emosi dan bisa menyelesaikan segala permasalahan dengan tenang, sehingga anak belajar dengan mencontoh cara menyelesaikan masalah tanpa sikap emosional.

🌱 Permainan mengontrol suara.

Ada beberapa permainan yang dapat membantu anak mengontrol suaranya, se-perti permainan saling bisik. Berikan satu kata yang harus disampaikan kepada temannya dengan cara berbisik. Begitulah, berbagai cara perlu kita coba untuk mengo-reksi perilaku anak yang suka berteriak-teriak ini, karena setiap anak adalah unik. Satu hal yang pasti, saat anak sudah menunjukkan perilaku yang kita inginkan, beri ia respons positif.

Sudahkah aku memberi teladan berkomunikasi yang baik pada Abhi ?

Sudah baikkah aku mengelola emosi ?


Setelah ku ingat-ingat, kebiasaan Abhi berteriak karena pertama komunikasi bahasa verbalnya belum lancar dan dia ingin selalu diperhatikan.



Sumber
Saeful Imam. 2018. https://nakita.grid.id/amp/0230766/anak-suka-teriak-teriak-jangan-marahi-begini-cara-efektif-meredamnya?page=all



#hari3
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional







Juni 16, 2019 No komentar
Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, berpikir, ketrampilan berbahasa dan berbicara, dan bertingkah laku sosial. Salah satu keterampilan sosial yang harus dimiliki anak anak kemampuan interaksi sosial.

Ketika dipenghujung bulan puasa waktu mudik pun dimulai. Kami sekeluarga mudik ke Semarang terlebih dahulu dan bertemu dengan keluarga besar dari suami. Nah saat yang tepat untuk mengenal lebih dekat antara Abhi dengan sepupunya yang lain. Aku dan suami mulai mendekatkan Abhi dengan saudara sepupunya.

"Abhi salim dulu sama mbak Sofy" ajak bapaknya. Abhi pun malu dan sedikit enggan bersalaman, namun akhirnya mau bersalaman. "Mumpung ada Sofy disini, Abhi disuruh main sama Sofy biar terbiasa sama anak kecil" kata suami padaku. Abhi sangat jarang berinteraksi dengan anak kecil, maka dia lebih nyaman berdekatan dengan orang dewasa yang cukup tahu apa yang dia mau. Tetapi kebiasaan ini aku rasa kurang baik untuk interaksi sosialnya, yang mana anak kecil sebaiknya anak sangat suka jika bermain dengan sebayanya.

Melihat karakter Sofy yang ramah dengan adek sepupunya, kami merasa senang dan berharap Abhi bisa semakin akrab dengan Sofy. Namun kenyataannya tidak berjalan sesuai harapan, Abhi teriak dan menghindar jika didekati oleh Sofy. Aku dan suami sedikit ramah dengan sikap Abhi, semakin sering mendekatkan mereka berdua Abhi semakin berontak. Langkah yang kami ambil tidak memaksa Abhi untuk bermain bersama Sofy tapi tetap mengobservasi kenapa dengan sikap Abhi dan memberikan pengertian kalau Sofy saudaranya.

Pengertian interaksi sosial menurut Bonner dalam Syaodih (2005: 43) adalah hubungan antara dua atau lebih individu dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Menurut Syaodih (2005: 43) hubungan antara anak dengan teman sebaya merupakan bagian dari interaksi sosial yang dilakukan anak di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, anak akan memilih anak lain yang usianya hampir sama dan di dalam berinteraksi dengan teman sebaya lainnya, anak dituntut untuk dapat menerima teman sebayanya. Dalam penerimaan teman sebayanya anak harus mampu menerima persamaan usia, menunjukkan minat terhadap permaian, dapat menerima teman lain dari kelompok, atau dapat lepas dari orang tua atau orang dewasa lain, dan menerima kelas sosial yang berbeda.

Pengertian interaksi sosial menurut Catron dan Allen dalam Mutiah (2010: 149) adalah interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan memecahkan konflik. Makna interaksi sosial dalam buku Perkembangan Anak Usia Dini (Susanto, 2011:137) adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain,kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingakah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memainakan peran yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya mengembakan sikap sosial yang layak diterima oleh orang lain.

Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang terletak pada diri seseorang yang ditandai dengan kemampuan untuk memahami diri sendiri, dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk mengenali kelebihan pada diri, kekurangannya, keterbatasan diri, kecerdasan terhadap emosi atau suasana hati, keinginan, motivasi, maksud dan tujuan, juga mampu menghargai diri, mengendalikan diri.

Menilik dari literatur diatas kami berdua selaku orang tua Abhi mempunyai andil besar dalam cara bergaul Abhi. Interaksi sosial sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan emosional secara umum dan khusunya kecerdasan intrapesonal. Sebagai makhluk sosial yang hidup dilingkungan pedesaan mempunyai sikap ramah, supel dan pandai bergaul merupakan salah satu modal seseorang dapat diterima baik oleh lingkungannya dimanapun berada.

Tidak berhenti pada Sofy, saat Abhi bersamaku ke Boyolali dalam acara silaturrahmi dan mengunjungi sausaudara menikah, aku merencakan untuk mendekatkan Abhi dengan saudara sebayanya. Khafi nama saudara laki-laki yang setahun lebih tua dari Abhi. Diawal kedekatannya dengan Khafi sudah menunjukkan keabrakan antar keduanya. Khafi yang terlihat malu namun perhatian kepada Abhi, meminjamkan mainan kepada Abhi. Abhi pun menanggapi dengan baik, mereka bermain bersama tanpa drama.



Semakin lama mereka berdua semakin intens, syukur dan bahagia melihat hubungan kedua anak kecil ini. Mulai dari berbagi mainan kemudian menonton youtube bersama. Karena jarak yang jauh sehingga jarang bertemu, semoga keakraban mereka tidak mudah pudar dari ingatan mereka berdua.

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini menurut buku Perkembangan Anak Usia Dini (Susanto, 2011: 154) yang pertama adalah Faktor Internal ialah faktor – faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak. Faktor internal ini meliputi hal-hal yang diturunkan dari orang tua, unsur berpikir dan kemampuan intelektual, keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh (unsur hormonal) dan emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan sosial anak adalah faktor eksternal ialah faktor-faktor yang diperoleh anak dari luar dirinya, seperti faktor keluarga, faktor gizi, budaya, dan teman bermain atau teman di sekolah serta sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak.

Dini P Daeng dalam Syaodih (2005: 114) menjelaskan bahwa ada 8 faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial anak.

🎈 Faktor pertama adalah adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang. Semakin banyak kesempatan yang diberikan kepada anak untuk bergaul dengan orang-orang yang ada dilingkuannya dengan latar belakang dan usia yang berbeda-beda akan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya.

🎈 Faktor kedua adalah banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di lingkungan. Semakin banyak dan bervariasi pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, makaakan semakin banyak pula hal-hal yang dipelajarinya untuk menjadi bekal dalam meningkatkan ketrampilan sosialnya.

🎈 Faktor ketiga adalah adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Lingkungan yang mendukung dan menyenangkan akan membuat minat dan motivasinya bergaul semakin berkembang.

🎈 Faktor keempat yang mempengaruhi interaksi sosial anak adalah banyaknya pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosial. Semakin banyak pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, maka keinginan untuk bergaul semakin berkembang.

🎈 Faktor kelima adalah adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi “model” bagi anak. Bimbingan dan pengajaran dalam bergaul hendaknya dilakukan oleh seseorang yang dapat dijadikan model atau contoh yang baik dalam pergaulan bagi anak.

🎈 Faktor keenam yaitu adanya bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dijadikan “model” bergaul yang baik bagi anak. Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui pengalaman bergaul atau dengan meniru perilaku orang lain dalam bergaul, tetapi akan lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan model atau contoh bergaul yang baik untuk anak.

🎈 Faktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap kemampuan interaksi sosial anak adalah adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Anak dituntuk untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain agar dapat mengembangkan kemampuan sosialnya. Kemampuan berkomunikasi ini merupakan inti dari sosialisasi atau interkasi sosial.

🎈 Faktor terakhir yang juga dapat mempengaruhi kemampuan interaksi soisal anak adalah adanya kemampuan berkomunikasi yang dapat membicarakan topik yang dimengerti dan menarik baagi orang lain yang menjadi lawan bicara. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak hanya dituntut untuk berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapi juga dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik untuk orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

Menurut Indarti dalam buku Psikologi Anak (2007: 6) kemampuan anak untuk berinteraksi sosial dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain, interaksi dengan keluarga, perkembangan pikiran anak, munculnya rasa percaya diri anak, dan kebutuhan akan perhatian dan empati. Kesemunya itu akan membentuk pola interaksi sosial anak dengan orang lain.



Dari kesemua faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial anak diatas telah aku praktekkan saat membimbing Abhi berinteraksi dengan Khafi. Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan. Namun pada suatu kesempatan Abhi bertemu dengan anak kecil sebayanya, dan reaksi Abhi tidak seperti saat bertemu Khafi. Abhi teriak-teriak tidak mau didekati anak perempuan tersebut. Setelah aku amati ternyataAbhi tidak terlalu suka dengan anak yang agresif terhadapnya. Ini masih menjadi PR buat ku bagaimana caranya Abhi bisa dekat dengan semua karakter orang.



Sumber : Rizki Meitasari.2012.http://repository.ump.ac.id/3524/



#hari2
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Juni 15, 2019 No komentar

Day #1 Meningkatkan Kecerdasan Emosional  Dengan Kegiatan Montessori



Kenapa Montessori


Setelah muncul notifikasi game level 3 di google room mulai berpikir family project apa yang akan aku buat ini. Kebutuhan Abhi ialah mengontrol emosinya supaya tidak mudah teriak kemudian tantrum dan meningkatkan fokusnya agar kecerdasan intelektualnya meningkat. Awalnya aku mau mengisi family project ini dengan kegiatan montessori untuk meingkatkan daya fokusnya. Namun setelah diskusi game di kelas bunda sayang, aku mendapat masukan dari mbak Marita selaku fasilitator kami, kemudian aku berencana untuk memfokuskan meingkatkan kecerdasan emosional. Menurutku suatu kegiatan belajar bisa untuk meningkatkan beberapa kecerdasan sekaligus, tergantung bagaimana aku sebagai fasilitator akan menitik beratkan pada kecerdasan apa, karena kecerdasan itu saling berhubungan.

Untuk tantangan hari pertama ini aku memilih kegiatan dengan pendekatan montessori dimana kegiatan ini bisa mengasah kecerdasan intelektual dan spiritual anak. Namun disini aku  memberi prosi waktu lebih pada Abhi untuk mengendalikan emosinya. Terkadang muncul rasa bosan ditengah-tengah kegiatan belajarnya. Abhi menyerah saat belum bisa menyelesaikan tantangan yang aku berikan.

Sejauh ini aku menyadari ada beberapa yang perlu ditingkatkan pada diri Abhi, mulai dari sikap tantrum yang mudah tersulut, fokusnya yang rendah dan sosialisasi terhadap teman sebaya yang kurang. Dan untuk game level ini ketiga hal itu yang akan aku asah.

Ku buatkan kurikulum ala Bunda Abhi, yang mana sebagai seorang ibu tahu dimana letak keunggulan dan kelemahan anak. Kenapa Islamic Montessori yang aku pilih, setelah membaca buku karya salah satu praktisi pendidikan Zahra Zahira, aku lebih mantap dan semakin memahami kegiatan seperti apa yang bisa meningkatkan fokus Abhi. Dari perkembangan daya fokus Abhi harapanku kecerdasan emosional dan spiritualnya semakin meningkat sesuai usianya.

Dalam buku Zahra Zahira, " Metode Montessori dikenal juga sebagai metode yang mengakomodasi gaya belajar anak yang berbeda-beda. Artinya, anak diberikan kesempatan berkembang sesuai fitrahnya." Sebagai orang tua wajib hukumnya menjaga fitrah setiap  anak-anaknya yang sudah ada sejak mereka terlahir ke dunia. Kegiatan ini-itu yang diterapkan kepada anak sebaiknya semakin memupuk keimanannya agar menjadi generasi yang beradab dan berkhlak mulia. Beberapa fitrah anak yang sepatutnya kita jaga adalah.

Fitrah Iman

Fitrah keimanan seorang anak sudah ada di dalam hati mereka sejak lahir dan harus dijaga sejak usia dini. Menjaga fitrah keimanan ini bisa dengan memberikan aktifitas tetap menerapkan poin rukun islam, iman dan akidah. Dan menanamkan pada anak bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah ciptaan Allah.

Fitrah Fisik

Hampir semua anak kecil pasti senang dengan kegiatan fisik seperti berlari, mengejar hewan  dan kegiatan yang menguras energi lainnya. Anak yang bergerak untuk mengeksplorasi lingkungan memenuhi rasa ingin tahunya dan berinteraksi kepada sesama. Sebagai fasilitator harus menyediakan lingkungan belajar memberi ruang yang nyaman dan aman untuk mereka bergerak bebas.

Fitrah Akhlak/Moral

Mendidik anak butuh keteladanan dengan memberi contoh perilaku yang baik. Keteladanan yang dimulai dari keluarga terdekat yaitu kedua orang tuanya. Anak-anak yang cenderung meniru perilaku orang dewasa yang paling dekat dengannya.

Fitrah Akal

Salah satu prinsip agama Islam adalah memulai pengajaran sejak masa anak-anak. Pada masa ini anak-anak memiliki pikiran yang jernih, daya ingat yang kuat, dan semangat yang tinggi. Sebagaimana sabda Rasulullah.
"Mencari Ilmu waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu" (HR. Al-Baihaqi dan Thabrani)


Game Level 3 Day 1 Dimulai





Islamic Studies Mengenal Rukun Islam


Untuk menyiapkan peralatan bermain kali ini masih didominasi oleh bunda. Setelah semua bahan belajar siap, aku mengajak Abhi duduk disebelah kiri, "Yuk belajar bersama bunda, Abhi duduk disini ya".


"Berdoa dulu sebelum belajar, bismillahirohmanirrahim ya Allah Abhi mau belajar rukun islam" contohku padanya. Aku perlihatkan satu persatu peralatan belajar dengan menyebutkan nama, menjelaskan fungsinya masing-masing. Aku memberikan contoh terlebih dahulu dengan menggambar telapak tanganku disecarik kertas putih polos. Kemudian menjelaskan apa saja rukun islam.


"Sekarang Abhi yang gambar ya, gambar tangan Abhi sendiri" ajakku. Aku pegang tangan dia namun dia menolak dan teriak tidak mau dan pergi masuk kamar. Aku tarik nafas panjang dan menahan emosi tetap bicara dengan intonasi ramah. "Abhi ini pensilnya dipegang nanti dibuat nulis, 5 menit Abhi disini terus belajar lagi sama bunda ya" kataku padanya. Di putar-putar, diamati pensilnya, aku beri waktu dia untuk menenangkan diri dan bersahabat dulu dengan media belajarnya.


Setelah 5 menit, aku ajak lagi Abhi ke tempat belajarnya, "Ayo mulai belajar lagi, sekarang tangan Abhi yang digambar, nanti dilihatin Bapak kalau sudahbpulang kerja ya" rayuku padanya. Gerakan tangan yang masih kepayahan hingga tercoret kesana kemari, its oke bagian dari belajar. Aku pun mengajarkan menghapus bagian yang corat-coret biar rapi dilihat mata lebih enak. Setelah menggambar menuliskan rukun islam satu persatu pada gambar ujung jari. Setelah menggambar dan menulis selesai, aku mulai menceritakan tentang rukun islam, disini fokus Abhi mulai terbelah dengan berdiri dan melihat poster huruf hijaiyah yang tertempel di dinding. Aku rengkuh kembali dia, ku dudukkan di pangkuanku sambilku jelaskan maknanya dan menyanyikan lagu rukun islam berulang hingga berlangsung 30menit kami belajar rukun islam.

Tantanganku kali ini adalah memberikan contoh real tentang rukun islam ini. Akhirnya aku pun membuka gadget ku tunjukkan satu persatu gambar suatu kegiatan yang menjelaskan rukun islam tersebut.


"Sudah ya belajar rukun islamnya, bilang apa? Alhamdulillah Abhi sudah tahu rukun islam semoga ingat terus ya mas" kataku padanya.


Result
⭐⭐⭐

Antusias Abhi lumayan walaupun ada moment dimana dia kabur lari dari tempat belajar dan aku ajak kembali lagi.

Kegiatan ini aku kasi skor maksimal karena Abhi sudah kooperatif, nanti dilihat lagi apakah masih ingat atau belum, Abhi belum bisa menerangkan bahwa dia sudah paham atau belum karena masih terkendala komunikasi verbalnya.


Aktifitas Sensories Dengan Pasir Sensorik Tema Warna Kuning





Melatih sensorik anak menggunakan pasir sensorik sekaligus mengajarkan mengingat warna kuning. Tempat sensorik bertema warna adalah cara sempurna bagi anak untuk mempelajari warna. Menggunakan indera memungkinkan anak menjelajahi satu warna pada satu waktu, yang membantu mereka memasukkan warna itu ke memori.

Sebenarnya Abhi tidak suka bermain pasir kinektik ini, karena tekstur pasirnya sedikit berbeda dengan pasir didepan rumah yang biasa dia mainkan. Namun untuk mengajarkan berbagai macam tekstur ke alat inderanya dalam yang kulit harus menepis rasa tidak sukanya itu. "Abhi suka warna kuning, ini bunda punya pasir warna kuning" rayuku padanya.


Ketika dia melihat aku membawa pasir kinetik itu dia tak mau mendekatiku sedikitpun, dia masih ingat tekstur sipasir ini lembek berair tidak, kering pun tidak dan menepel ditangannya jika dipegang. Aku pegang badannya seperti aku papah mendekati pasir kinetik, "nanti kalau pegang pasir trus tanggannya kotor dibersihin sama bunda" kataku padanya. Dengan langkah yang terasa berat dia mulai mendekati tempat belajarnya.


"Yuk belajar sini sama bunda" sambil aku gandeng mendekati wadah pasir. "Berdoa dulu, bismillahirohmanirrohim , Ya Allah Abhi mau belajar warna kuning sambil main pasir" kataku padanya. Sempat menolak menyentuh pasir, kemudian berdiri dan pergi menjauhiku dengan tatapan tidak sukanya, tangis pun pecah sampai dia sesenggukan. Aku peluk dia dan diam saat nenen, "bunda tau Abhi nggak suka main pasir itu, tapi pasir itu seperti pasir didepan rumah yang biasa Abhi buat maianan" terangku padanya. "5 menit lagi Abhi belajar lagi ya" perintahku padanya dengan nada halus.


Lima menit berselang, aku rayu lagi, "Coba dulu yuk, dipegang mainan warna kuningnya". Di situ aku meletakkan 5 buah benda berwarna kuning. Aku contohkan dengan mengambil mainan, dan memainkan pasir, supaya dia mau mengikuti. Aku memegang tangannya dan mengarahkan menyentuh pasir namun dia menolak dan menjerit dengan tenaganya yang kuat dia berdiri berlari sembunyi dibalik gorden jendela. Aki dekati dia  "ini pasir aman buat Abhi, nanti kalau kotor dibersihkan bunda ya, coba ini tanggannya pegang pasir dulu" kataku. Sedikit aku paksa duduk dipangkuanku, aku pandu tangannya memegang maianan dan pasir sembari aku jelaskan tentang warna.


Alhamdulillah, dia mau memegang mainannya satu persatu diliat dengan bola matanya sekian detik melirikku. Lama kelamaan mulai dia memegang pasir walau masih dengan perasaan sedikit terpaksa tetapi ingin mencoba. 30menit berlangsung dengan beberapa kali dia berdiri lari menjauhi tempat belajarnya. "Alhamdulillah belajar warna dan main pasirnya sudah, sekarang Abhi boleh main yang lain.


Result
⭐

Fokusnya bertahan 5 menit diselingi nangis minta nenen, lari ke tempat lain, bersembunyi jika dipanggil. Ekspresinya melihat benda yang tidak dia sukai masih berlebihan, kegiatan yang sarat dengan mengelola emosi dan kesabaran.



Aktifitas Belajar Geometri 



Kotak geometri ini merupakan salah satu mainan kesukaan Abhi. Kotak berbentuk rumah warna-warni dengan beberapa lubang untuk memasukkan balok berbagai jenis. Aku mulai menyiapkan rumah geometri sebagai media belajar Abhi siang ini.

"Abhi, bunda punya mainan nih, yuk main sama bunda" ajakku. Kemudian dia mulai menghampiriku dan duduk didepanku menghadap kotak mainannya. "Berdoa dulu sebelum belajar ya, bismillahirohmanirrohim, Ya Allah Abhi mau belajar memasukkan balok ke lubang yang cocok" ajakku padanya.


Aku mulai memperlihatkan bagaimana bermain yang benar, cara memasukkan balok yang mudah dan benar. Aku ulang sampai dua kali dengan tujuan Abhi mengingatnya dan bisa sendiri. "Sekarang Abhi yang coba ya." kataku padanya.


Mulai dia mengambil kubus warna biru, diputar-putar dengan kedua tangannya diamati kemudian dimasukkan ke lubang. Namun lubang yang dia masukkan tak sesuai dengan bentuk kubus itu, dia pun langsung melepaskan dan beranjak dari tempat duduknya. Abhi terkadang tidak sabar dan pergi jika menghadapi sebuah kesulitan.

Sebuah kesempatan dimana aku memotivasi bahwa dia bisa dengan mencoba lagi dan lebih tenang. Disini tidak hanya belajar tetang kognitif namun juga mengendalikan emosi, karena belajar membutuhkan sikap yang tenang dan tidak mudah menyerah. Sebagai patner belajar Abhi, aku harus menjadi cheerleaders yang menyemangati dia.

Kesuhan dia saat memasukan balok ke lubang terkadang membuat dia jengkel dan kabur meninggalkan media belajaranya. Mengatur suasana hati, mengembalikan suasana hati yang malas karena tidak bisa-bisa menjadi menumbuhkan rasa ingin mencoba lagi sampai bisa, menurutku kegiatan ini juga bagian dari meningkatkan kecerdasan emosional. Dimana anak harus bisa mengendalikan dirinya saat sedang belajar.

Result
⭐⭐
Rumah balok maian kesukaan Abhi yang bisa dieksplor untuk meningkatkan beberapa kecerdasan.

Ada beberapa rencana family project yang aku buat untuk menajamkan fokus, mengelola emosi dan menumbuhkan jiwa sosial Abhi dengan sering membuat kegiatan berinteraksi dengan anak-anak.







#hari1
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional


Juni 14, 2019 1 komentar
Newer Posts
Older Posts
  • Dongeng Bima Tidak Bisa Bangun Pagi
    Berbagi Tempat Duduk "Ayo naik, Abhi langkahnya yang lebar," Abhi berusaha memasuki pintu bus BRT sendiri tanpa Bunda gendo...

Mengenai Saya

Foto saya
Sudut Pandang Oky
Lihat profil lengkapku

About me

Seorang istri dan ibu muda yang sedang belajar dan ingin berbagi.

Follow Us

Labels

Aliran rasa Binar Bunda Sayang Cerdas Finansial Dongeng Family Project Fitrah Keimanan Fitrah Seksualitas Grab your imagination Grain Gym Healthylife Herbal Holistic ibu ilovemath Institut Ibu Profesional Kecantikan kelas batalyon Keluarga multimedia Kesehatan Komunikasi Produktif Lifestyle Literasi Makna Cerita Melatih kemandirian anak Memahami Gaya Belajar Anak Misi Asik Olahraga Parenting PAUD Pejuang Literasi prosa Sehat Semua Anak Adalah Bintang Sensory play Stimulasi Anak Suka Membaca Thik Creative TK

recent posts

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2020 (56)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (16)
    • ►  Januari (24)
  • ▼  2019 (156)
    • ►  Desember (17)
    • ►  November (23)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (16)
    • ►  Juli (17)
    • ▼  Juni (17)
      • Day #17 Family Project KopDar Bunsay Jateng
      • Day #16 Hari Pertama "Weaning With Love" Abhi
      • Day #15 Belajar Naik Sepeda
      • Day #14 Mengenal Huruf "A" Dengan Gambar Benda Ber...
      • Day #13 Mengenalkan Ekspresi Emosi Pada Anak
      • Day #12 Family Project Bermain di Taman Kota di Ka...
      • Day #11 Family Project Keep On Track, Follow Me
      • Day #10 Family Project Berkisah Dengan FlashCard
      • Day #9 Family Project Make it Happy
      • Day #8 Family Project Main ke Perpusda
      • Day #7 Family Project Botol Pemberi Afirmasi Positif
      • Day #6 Family Project Membuat Proses Hujan
      • Day #5 Family Project Mengasah Empati Anak Dengan ...
      • Day #4 Terapi Emosi Dengan Melukis
      • Day #3 Anak Suka Teriak-teriak? Jangan Marahi, Tem...
      • Day #2 Family Project Dekat Dengan Sesama
      • Day #l Family Project
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates