Day #5 Family Project Mengasah Empati Anak Dengan Belajar Memelihara Hewan
Belajar Memelihara Ikan
Empati merupakan kemampuan penting untuk melatih kecerdasan dalam menjalin hubungan atau sekarang lebih dikenal dengan istilah Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ). Semakin baik empati anak maka semakin baik juga EQ-nya. Salah satu cara untuk melatih empati anak yaitu dengan memelihara binatang peliharaan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Goleman menunjukkan bahwa IQ hanya hanya menyumbang 20 % dalam kesuksesan manusia. Sisanya, atau 80% tergantung pada EQ yang kita punya. Yap, EQ adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya (Wikepedia). Bahkan, EQ dianggap dua kali lipat lebih penting dibandingkan IQ ( kecerdasan intelektual).
Penelitian tersebut tentu membuktikan bahwa kesuksesan seseorang karena memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang bagus. Dan sebagai orangtua sangat penting untuk menjaga empati anak dalam pola asuh kesehariannya. Jangan sampai empati anak digerakkan oleh rasa takut akibat ditekan, rasa kasihan bernada merendahkan atau narsisme.
Ingin anak Anda sukses di masa depannya? Salah satu cara yang bisa dilakukan sekarang ialah mengijinkan anak memelihara binatang kesayangannya. Selain menghibur, memelihara binatang kesukaannya pun bisa menjadi momen yang mendidik. Berikut ini beberapa keuntungan yang didapatkan anak untuk mengasah empatinya melalui binatang peliharaan.
Memelihara binatang membutuhkan tanggungjawab, melatih disiplinnya. Di sini anak harus belajar bertanggung jawab akan kesejahteraan kehidupan binatang pilihannya. Pastikan Anda tetap mendampingi, melatih dan mengawasi anak dan tanggungjawabnya tersebut. Berikan contoh yang baik dalam memelihara binatang dan biarkan anak mengikutinya.
Latihan memperlakukan binatang peliharaannya dengan baik bisa mengajarkan anak untuk memberikan kenyamanan dan menjaga perasaan orang disekitarnya.
Memelihara binatang memungkinkan anak pada saat tumbuh kembangnya peka akan cara merawat dan memperhatikan orang lain. Pelajaran yang didapatkan ketika merawat dan memperhatikan binatang kesayangannya.
Empati tentu sangat dibutuhkan ketika anak bergaul baik di dalam keluarga maupun dalam kesehariannya. Menurut psikolog Dra Ratih Andjayani Ibrahim, MM, faktanya anak sama seperti makhluk hidup lain yang memiliki ikatan kuat dengan alam, jika anak memiliki hubungan yang baik anak pun dapat lebih sehat secara fisik maupun mental.
"Berdasarkan penelitian Kaufman anak dapat berlatih mengembangkan rasa empatinya melalui kedekatan dengan hewan. Jadi, hal ini akan menumbuhkan empatinya juga pada manusia," kata Ratih. Selain itu, hewan juga bisa dijadikan salah satu terapi untuk menumbuhkan emosional dan sosial skill pada anak berkebutuhan khusus.
Memelihara hewan juga masuk dalam kategori kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak. Merupakan teknik pembelajaran kinestetik di mana anak terlihat suka ketika menyentuh, merasakan, dan melakukan sesuatu dengan subjek. Pelajaran ini harus dilakukan di luar ruangan karena lebih memungkinkan untuk eksplorasi lebih banyak hal.
Sejak kecil saya mememelihara binatang di rumah. Ikan yang pertama, kemudian kelinci, berganti kucing. Seingatku, ibu menawarkan membeli ikan waktu aku ikutbke pasar tradisional dekat rumah. Sepertinya itu cara bapak dan ibu untuk mengenalkan ku pada rasa empati pada binatang. Dan ibu memberiku tanggungjawab memberi mereka makan, bukan sekedar mengatakan “lucu”. Dengan begitu aku bisa bertanggungjawab dan berinteraksi lebih dekat dengan mereka karena aku “pemiliknya”. Dari sana rasa empati ku pada binatang tumbuh perlahan, bahwa mereka bukan mainan, bukan “sesuatu” melainkan sesama makhluk hidup. Mereka bisa merasa ketakutan, bisa menunjukkan kegembiraan, bisa berterima kasih pada pemiliknya.
Pentingnya empati pada binatang bukan sekedar untuk memperlakukan mereka dengan baik, tapi juga mengajarkan pada kita bahwa kita hidup dalam ekosistem yang sama dan karenanya harus bertenggang rasa. Kucing sedang tidur, diganggu. Ada anjing lewat, dilempari batu. Ada burung melintas, diketapel. Haduh. Kalau ada yang melakukan itu di depan saya, pasti saya katakan, ‘jangan, kasihan’. Tidak banyak orangtua yang mengajarkan empati pada binatang seperti orangtua saya.
Aku meminta ijin pada suami untuk pergi ke pasar kota membeli beberapa ikan dan makanannya. Tempat aquarium aku masih menyimpan pemberian dari suami ketika belum menjadi istrinya. Seperti bernostalgia kenangan masa kecil ke pasar dengan almarhum ibu dan kenangan di temani suami beli ikan penghilang penat sepulang bekerja.
"Ayuk Abhi ikut bunda ke pasar beli ikan hias, bismillah naik ojek online" kataku pada Abhi.
Sesampainya di toko ikan hias samping pasar, aku tengok sana sini melihat koleksi ikan hiasnya. Tidak terlalu banyak pilihan ikan hiasnya, tak apalah cuma buat memperkenalkan Abhi bagaimana merawat dan menyayangi binatang.
Belum terlalu lama Abhi sudah meminta keluar karena tempat yang tidak terlalu luas dengan pengunjung yang mulai memenuhi ruko. Emosinya mulai tidak stabil padahal aku belum memutuskan ikan mana saja yang akan aku bawa pulang.
"Abhi suka ikan yang mana? yang kuning ini namanya lemon" tanyaku padanya, dia malah teriak mengajak keluar. "Sebentar ya, bunda cepetin nih beli ikannya" kataku menenangkannya.
Setelah aku memilih ikan, batu dan makanan ikan, langsung menuju pasar sayur tak jauh dari toko ikan. Kebosanan Abhi memilih ikan hilang dengan berpindah tempat dan suasana. Ditengah belanja sayur dan lauk sembari berdoa semoga plastik tempat ikan tidak robek dan bocor, bisa mati ikannya kalau kehabisan air.
Kembalilah kami berdua ke rumah dengan ojek online lagi, salah satu bentuk kemandirian dengan kemana-mana dengan ojek online. Kemudian aku bersihkan mangkok aquarium yang akan menjadi tempat hidup baru ikan kecil yang aku beli tadi. Aku tata di lantai mangkok aquarium, ikan yang sudah aku pindahkan ke wadah plastik, makanan ikan, dan batu kecil.
"Abhi ayo ikannya di masukin sini dulu biar bisa bernafas lega" ajakku padanya, namun dia tak mau dan teriak. Entah kenapa ekspresinya tidak begitu suka dengan ikan. Aku beri pengertian tidak usah takut dengan ikan, ikannya tidak menggigit, ikannya kecil tidak bahaya.
"Abhi sini ambil makanannya, dikasi ke ikannya" kataku padanya. Diambil sejumput pakan ikan lalu di taburkan ke mangkok aquarium. Ekspresinya belum berubah masih sedikit takut melihat ikan.
Setelah beberapa saat, raut bahagianya kembali, aku nyanyikan lagu ikan berenang-renang di laut, sampai ku buatkan lagu bertema ikan. Dia tampak bahagia dan mau memandang ikan dengan tersenyum.
"Ikannya Abhi ada berapa? e... naaamm" ajarku.
"Ikannya ada yang warna kuning, orange, biru" kataku.
"Ikannya ada yang pendek, panjang" sambil ku peragakan ukuran ikan tersebut dengan jariku.
"Ikannya ada yang kecil, ada yang besar" kataku padanya.
Aku lanjutkan dengan menjelaskan siapa yang menciptakan ikan, "Ikan yang ciptain Allah, siapa bi yang ciptain ikan? Allah" kataku padanya.
Ternyata penjelasan yang panjang kali lebar dengan ekspresi penuh kebahagia di muka ku baru bisa mengusir rasa takut Abhi. Ku tanya lagi apakah dia ingat atau tidak penjelasanku tadi.
"Yang renang-renang itu apa bi?" sambil ku tunjuk ikan dalam wadah. "Kan" jawabnya.
"Alhamdulillah, Abhi belajar merawat ikan, Abhi harus sayang hewan, karena hewan juga ciptaan Allah" kataku diakhir belajar kami.
Sumber Literatur
Lina Marliana.2012.https://www.ibudanbalita.com/forum/diskusi/Melatih-Empati-Anak-dengan-Memelihara-Binatang
Detikhealth.2013.https://m.detik.com/health/anak-dan-remaja/d-2290751/ini-alasannya-kenapa-anak-perlu-dekat-dengan-hewan
#hari5
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
0 komentar