Day #2 Family Project Dekat Dengan Sesama

by - Juni 15, 2019

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, berpikir, ketrampilan berbahasa dan berbicara, dan bertingkah laku sosial. Salah satu keterampilan sosial yang harus dimiliki anak anak kemampuan interaksi sosial.

Ketika dipenghujung bulan puasa waktu mudik pun dimulai. Kami sekeluarga mudik ke Semarang terlebih dahulu dan bertemu dengan keluarga besar dari suami. Nah saat yang tepat untuk mengenal lebih dekat antara Abhi dengan sepupunya yang lain. Aku dan suami mulai mendekatkan Abhi dengan saudara sepupunya.

"Abhi salim dulu sama mbak Sofy" ajak bapaknya. Abhi pun malu dan sedikit enggan bersalaman, namun akhirnya mau bersalaman. "Mumpung ada Sofy disini, Abhi disuruh main sama Sofy biar terbiasa sama anak kecil" kata suami padaku. Abhi sangat jarang berinteraksi dengan anak kecil, maka dia lebih nyaman berdekatan dengan orang dewasa yang cukup tahu apa yang dia mau. Tetapi kebiasaan ini aku rasa kurang baik untuk interaksi sosialnya, yang mana anak kecil sebaiknya anak sangat suka jika bermain dengan sebayanya.

Melihat karakter Sofy yang ramah dengan adek sepupunya, kami merasa senang dan berharap Abhi bisa semakin akrab dengan Sofy. Namun kenyataannya tidak berjalan sesuai harapan, Abhi teriak dan menghindar jika didekati oleh Sofy. Aku dan suami sedikit ramah dengan sikap Abhi, semakin sering mendekatkan mereka berdua Abhi semakin berontak. Langkah yang kami ambil tidak memaksa Abhi untuk bermain bersama Sofy tapi tetap mengobservasi kenapa dengan sikap Abhi dan memberikan pengertian kalau Sofy saudaranya.

Pengertian interaksi sosial menurut Bonner dalam Syaodih (2005: 43) adalah hubungan antara dua atau lebih individu dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Menurut Syaodih (2005: 43) hubungan antara anak dengan teman sebaya merupakan bagian dari interaksi sosial yang dilakukan anak di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, anak akan memilih anak lain yang usianya hampir sama dan di dalam berinteraksi dengan teman sebaya lainnya, anak dituntut untuk dapat menerima teman sebayanya. Dalam penerimaan teman sebayanya anak harus mampu menerima persamaan usia, menunjukkan minat terhadap permaian, dapat menerima teman lain dari kelompok, atau dapat lepas dari orang tua atau orang dewasa lain, dan menerima kelas sosial yang berbeda.

Pengertian interaksi sosial menurut Catron dan Allen dalam Mutiah (2010: 149) adalah interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan memecahkan konflik. Makna interaksi sosial dalam buku Perkembangan Anak Usia Dini (Susanto, 2011:137) adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain,kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingakah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memainakan peran yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya mengembakan sikap sosial yang layak diterima oleh orang lain.

Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang terletak pada diri seseorang yang ditandai dengan kemampuan untuk memahami diri sendiri, dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk mengenali kelebihan pada diri, kekurangannya, keterbatasan diri, kecerdasan terhadap emosi atau suasana hati, keinginan, motivasi, maksud dan tujuan, juga mampu menghargai diri, mengendalikan diri.

Menilik dari literatur diatas kami berdua selaku orang tua Abhi mempunyai andil besar dalam cara bergaul Abhi. Interaksi sosial sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan emosional secara umum dan khusunya kecerdasan intrapesonal. Sebagai makhluk sosial yang hidup dilingkungan pedesaan mempunyai sikap ramah, supel dan pandai bergaul merupakan salah satu modal seseorang dapat diterima baik oleh lingkungannya dimanapun berada.

Tidak berhenti pada Sofy, saat Abhi bersamaku ke Boyolali dalam acara silaturrahmi dan mengunjungi sausaudara menikah, aku merencakan untuk mendekatkan Abhi dengan saudara sebayanya. Khafi nama saudara laki-laki yang setahun lebih tua dari Abhi. Diawal kedekatannya dengan Khafi sudah menunjukkan keabrakan antar keduanya. Khafi yang terlihat malu namun perhatian kepada Abhi, meminjamkan mainan kepada Abhi. Abhi pun menanggapi dengan baik, mereka bermain bersama tanpa drama.



Semakin lama mereka berdua semakin intens, syukur dan bahagia melihat hubungan kedua anak kecil ini. Mulai dari berbagi mainan kemudian menonton youtube bersama. Karena jarak yang jauh sehingga jarang bertemu, semoga keakraban mereka tidak mudah pudar dari ingatan mereka berdua.

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini menurut buku Perkembangan Anak Usia Dini (Susanto, 2011: 154) yang pertama adalah Faktor Internal ialah faktor – faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak. Faktor internal ini meliputi hal-hal yang diturunkan dari orang tua, unsur berpikir dan kemampuan intelektual, keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh (unsur hormonal) dan emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan sosial anak adalah faktor eksternal ialah faktor-faktor yang diperoleh anak dari luar dirinya, seperti faktor keluarga, faktor gizi, budaya, dan teman bermain atau teman di sekolah serta sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak.

Dini P Daeng dalam Syaodih (2005: 114) menjelaskan bahwa ada 8 faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial anak.

🎈 Faktor pertama adalah adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang. Semakin banyak kesempatan yang diberikan kepada anak untuk bergaul dengan orang-orang yang ada dilingkuannya dengan latar belakang dan usia yang berbeda-beda akan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya.

🎈 Faktor kedua adalah banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di lingkungan. Semakin banyak dan bervariasi pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, makaakan semakin banyak pula hal-hal yang dipelajarinya untuk menjadi bekal dalam meningkatkan ketrampilan sosialnya.

🎈 Faktor ketiga adalah adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Lingkungan yang mendukung dan menyenangkan akan membuat minat dan motivasinya bergaul semakin berkembang.

🎈 Faktor keempat yang mempengaruhi interaksi sosial anak adalah banyaknya pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosial. Semakin banyak pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, maka keinginan untuk bergaul semakin berkembang.

🎈 Faktor kelima adalah adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi “model” bagi anak. Bimbingan dan pengajaran dalam bergaul hendaknya dilakukan oleh seseorang yang dapat dijadikan model atau contoh yang baik dalam pergaulan bagi anak.

🎈 Faktor keenam yaitu adanya bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dijadikan “model” bergaul yang baik bagi anak. Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui pengalaman bergaul atau dengan meniru perilaku orang lain dalam bergaul, tetapi akan lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan model atau contoh bergaul yang baik untuk anak.

🎈 Faktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap kemampuan interaksi sosial anak adalah adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Anak dituntuk untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain agar dapat mengembangkan kemampuan sosialnya. Kemampuan berkomunikasi ini merupakan inti dari sosialisasi atau interkasi sosial.

🎈 Faktor terakhir yang juga dapat mempengaruhi kemampuan interaksi soisal anak adalah adanya kemampuan berkomunikasi yang dapat membicarakan topik yang dimengerti dan menarik baagi orang lain yang menjadi lawan bicara. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak hanya dituntut untuk berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapi juga dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik untuk orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

Menurut Indarti dalam buku Psikologi Anak (2007: 6) kemampuan anak untuk berinteraksi sosial dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain, interaksi dengan keluarga, perkembangan pikiran anak, munculnya rasa percaya diri anak, dan kebutuhan akan perhatian dan empati. Kesemunya itu akan membentuk pola interaksi sosial anak dengan orang lain.



Dari kesemua faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial anak diatas telah aku praktekkan saat membimbing Abhi berinteraksi dengan Khafi. Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan. Namun pada suatu kesempatan Abhi bertemu dengan anak kecil sebayanya, dan reaksi Abhi tidak seperti saat bertemu Khafi. Abhi teriak-teriak tidak mau didekati anak perempuan tersebut. Setelah aku amati ternyataAbhi tidak terlalu suka dengan anak yang agresif terhadapnya. Ini masih menjadi PR buat ku bagaimana caranya Abhi bisa dekat dengan semua karakter orang.



Sumber : Rizki Meitasari.2012.http://repository.ump.ac.id/3524/



#hari2
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

You May Also Like

0 komentar