Day #l Family Project

by - Juni 14, 2019

Day #1 Meningkatkan Kecerdasan Emosional  Dengan Kegiatan Montessori



Kenapa Montessori


Setelah muncul notifikasi game level 3 di google room mulai berpikir family project apa yang akan aku buat ini. Kebutuhan Abhi ialah mengontrol emosinya supaya tidak mudah teriak kemudian tantrum dan meningkatkan fokusnya agar kecerdasan intelektualnya meningkat. Awalnya aku mau mengisi family project ini dengan kegiatan montessori untuk meingkatkan daya fokusnya. Namun setelah diskusi game di kelas bunda sayang, aku mendapat masukan dari mbak Marita selaku fasilitator kami, kemudian aku berencana untuk memfokuskan meingkatkan kecerdasan emosional. Menurutku suatu kegiatan belajar bisa untuk meningkatkan beberapa kecerdasan sekaligus, tergantung bagaimana aku sebagai fasilitator akan menitik beratkan pada kecerdasan apa, karena kecerdasan itu saling berhubungan.

Untuk tantangan hari pertama ini aku memilih kegiatan dengan pendekatan montessori dimana kegiatan ini bisa mengasah kecerdasan intelektual dan spiritual anak. Namun disini aku  memberi prosi waktu lebih pada Abhi untuk mengendalikan emosinya. Terkadang muncul rasa bosan ditengah-tengah kegiatan belajarnya. Abhi menyerah saat belum bisa menyelesaikan tantangan yang aku berikan.

Sejauh ini aku menyadari ada beberapa yang perlu ditingkatkan pada diri Abhi, mulai dari sikap tantrum yang mudah tersulut, fokusnya yang rendah dan sosialisasi terhadap teman sebaya yang kurang. Dan untuk game level ini ketiga hal itu yang akan aku asah.

Ku buatkan kurikulum ala Bunda Abhi, yang mana sebagai seorang ibu tahu dimana letak keunggulan dan kelemahan anak. Kenapa Islamic Montessori yang aku pilih, setelah membaca buku karya salah satu praktisi pendidikan Zahra Zahira, aku lebih mantap dan semakin memahami kegiatan seperti apa yang bisa meningkatkan fokus Abhi. Dari perkembangan daya fokus Abhi harapanku kecerdasan emosional dan spiritualnya semakin meningkat sesuai usianya.

Dalam buku Zahra Zahira, " Metode Montessori dikenal juga sebagai metode yang mengakomodasi gaya belajar anak yang berbeda-beda. Artinya, anak diberikan kesempatan berkembang sesuai fitrahnya." Sebagai orang tua wajib hukumnya menjaga fitrah setiap  anak-anaknya yang sudah ada sejak mereka terlahir ke dunia. Kegiatan ini-itu yang diterapkan kepada anak sebaiknya semakin memupuk keimanannya agar menjadi generasi yang beradab dan berkhlak mulia. Beberapa fitrah anak yang sepatutnya kita jaga adalah.

Fitrah Iman

Fitrah keimanan seorang anak sudah ada di dalam hati mereka sejak lahir dan harus dijaga sejak usia dini. Menjaga fitrah keimanan ini bisa dengan memberikan aktifitas tetap menerapkan poin rukun islam, iman dan akidah. Dan menanamkan pada anak bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah ciptaan Allah.

Fitrah Fisik

Hampir semua anak kecil pasti senang dengan kegiatan fisik seperti berlari, mengejar hewan  dan kegiatan yang menguras energi lainnya. Anak yang bergerak untuk mengeksplorasi lingkungan memenuhi rasa ingin tahunya dan berinteraksi kepada sesama. Sebagai fasilitator harus menyediakan lingkungan belajar memberi ruang yang nyaman dan aman untuk mereka bergerak bebas.

Fitrah Akhlak/Moral

Mendidik anak butuh keteladanan dengan memberi contoh perilaku yang baik. Keteladanan yang dimulai dari keluarga terdekat yaitu kedua orang tuanya. Anak-anak yang cenderung meniru perilaku orang dewasa yang paling dekat dengannya.

Fitrah Akal

Salah satu prinsip agama Islam adalah memulai pengajaran sejak masa anak-anak. Pada masa ini anak-anak memiliki pikiran yang jernih, daya ingat yang kuat, dan semangat yang tinggi. Sebagaimana sabda Rasulullah.
"Mencari Ilmu waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu" (HR. Al-Baihaqi dan Thabrani)


Game Level 3 Day 1 Dimulai





Islamic Studies Mengenal Rukun Islam


Untuk menyiapkan peralatan bermain kali ini masih didominasi oleh bunda. Setelah semua bahan belajar siap, aku mengajak Abhi duduk disebelah kiri, "Yuk belajar bersama bunda, Abhi duduk disini ya".


"Berdoa dulu sebelum belajar, bismillahirohmanirrahim ya Allah Abhi mau belajar rukun islam" contohku padanya. Aku perlihatkan satu persatu peralatan belajar dengan menyebutkan nama, menjelaskan fungsinya masing-masing. Aku memberikan contoh terlebih dahulu dengan menggambar telapak tanganku disecarik kertas putih polos. Kemudian menjelaskan apa saja rukun islam.


"Sekarang Abhi yang gambar ya, gambar tangan Abhi sendiri" ajakku. Aku pegang tangan dia namun dia menolak dan teriak tidak mau dan pergi masuk kamar. Aku tarik nafas panjang dan menahan emosi tetap bicara dengan intonasi ramah. "Abhi ini pensilnya dipegang nanti dibuat nulis, 5 menit Abhi disini terus belajar lagi sama bunda ya" kataku padanya. Di putar-putar, diamati pensilnya, aku beri waktu dia untuk menenangkan diri dan bersahabat dulu dengan media belajarnya.


Setelah 5 menit, aku ajak lagi Abhi ke tempat belajarnya, "Ayo mulai belajar lagi, sekarang tangan Abhi yang digambar, nanti dilihatin Bapak kalau sudahbpulang kerja ya" rayuku padanya. Gerakan tangan yang masih kepayahan hingga tercoret kesana kemari, its oke bagian dari belajar. Aku pun mengajarkan menghapus bagian yang corat-coret biar rapi dilihat mata lebih enak. Setelah menggambar menuliskan rukun islam satu persatu pada gambar ujung jari. Setelah menggambar dan menulis selesai, aku mulai menceritakan tentang rukun islam, disini fokus Abhi mulai terbelah dengan berdiri dan melihat poster huruf hijaiyah yang tertempel di dinding. Aku rengkuh kembali dia, ku dudukkan di pangkuanku sambilku jelaskan maknanya dan menyanyikan lagu rukun islam berulang hingga berlangsung 30menit kami belajar rukun islam.

Tantanganku kali ini adalah memberikan contoh real tentang rukun islam ini. Akhirnya aku pun membuka gadget ku tunjukkan satu persatu gambar suatu kegiatan yang menjelaskan rukun islam tersebut.


"Sudah ya belajar rukun islamnya, bilang apa? Alhamdulillah Abhi sudah tahu rukun islam semoga ingat terus ya mas" kataku padanya.


Result
⭐⭐⭐

Antusias Abhi lumayan walaupun ada moment dimana dia kabur lari dari tempat belajar dan aku ajak kembali lagi.

Kegiatan ini aku kasi skor maksimal karena Abhi sudah kooperatif, nanti dilihat lagi apakah masih ingat atau belum, Abhi belum bisa menerangkan bahwa dia sudah paham atau belum karena masih terkendala komunikasi verbalnya.


Aktifitas Sensories Dengan Pasir Sensorik Tema Warna Kuning





Melatih sensorik anak menggunakan pasir sensorik sekaligus mengajarkan mengingat warna kuning. Tempat sensorik bertema warna adalah cara sempurna bagi anak untuk mempelajari warna. Menggunakan indera memungkinkan anak menjelajahi satu warna pada satu waktu, yang membantu mereka memasukkan warna itu ke memori.

Sebenarnya Abhi tidak suka bermain pasir kinektik ini, karena tekstur pasirnya sedikit berbeda dengan pasir didepan rumah yang biasa dia mainkan. Namun untuk mengajarkan berbagai macam tekstur ke alat inderanya dalam yang kulit harus menepis rasa tidak sukanya itu. "Abhi suka warna kuning, ini bunda punya pasir warna kuning" rayuku padanya.


Ketika dia melihat aku membawa pasir kinetik itu dia tak mau mendekatiku sedikitpun, dia masih ingat tekstur sipasir ini lembek berair tidak, kering pun tidak dan menepel ditangannya jika dipegang. Aku pegang badannya seperti aku papah mendekati pasir kinetik, "nanti kalau pegang pasir trus tanggannya kotor dibersihin sama bunda" kataku padanya. Dengan langkah yang terasa berat dia mulai mendekati tempat belajarnya.


"Yuk belajar sini sama bunda" sambil aku gandeng mendekati wadah pasir. "Berdoa dulu, bismillahirohmanirrohim , Ya Allah Abhi mau belajar warna kuning sambil main pasir" kataku padanya. Sempat menolak menyentuh pasir, kemudian berdiri dan pergi menjauhiku dengan tatapan tidak sukanya, tangis pun pecah sampai dia sesenggukan. Aku peluk dia dan diam saat nenen, "bunda tau Abhi nggak suka main pasir itu, tapi pasir itu seperti pasir didepan rumah yang biasa Abhi buat maianan" terangku padanya. "5 menit lagi Abhi belajar lagi ya" perintahku padanya dengan nada halus.


Lima menit berselang, aku rayu lagi, "Coba dulu yuk, dipegang mainan warna kuningnya". Di situ aku meletakkan 5 buah benda berwarna kuning. Aku contohkan dengan mengambil mainan, dan memainkan pasir, supaya dia mau mengikuti. Aku memegang tangannya dan mengarahkan menyentuh pasir namun dia menolak dan menjerit dengan tenaganya yang kuat dia berdiri berlari sembunyi dibalik gorden jendela. Aki dekati dia  "ini pasir aman buat Abhi, nanti kalau kotor dibersihkan bunda ya, coba ini tanggannya pegang pasir dulu" kataku. Sedikit aku paksa duduk dipangkuanku, aku pandu tangannya memegang maianan dan pasir sembari aku jelaskan tentang warna.


Alhamdulillah, dia mau memegang mainannya satu persatu diliat dengan bola matanya sekian detik melirikku. Lama kelamaan mulai dia memegang pasir walau masih dengan perasaan sedikit terpaksa tetapi ingin mencoba. 30menit berlangsung dengan beberapa kali dia berdiri lari menjauhi tempat belajarnya. "Alhamdulillah belajar warna dan main pasirnya sudah, sekarang Abhi boleh main yang lain.


Result


Fokusnya bertahan 5 menit diselingi nangis minta nenen, lari ke tempat lain, bersembunyi jika dipanggil. Ekspresinya melihat benda yang tidak dia sukai masih berlebihan, kegiatan yang sarat dengan mengelola emosi dan kesabaran.



Aktifitas Belajar Geometri 



Kotak geometri ini merupakan salah satu mainan kesukaan Abhi. Kotak berbentuk rumah warna-warni dengan beberapa lubang untuk memasukkan balok berbagai jenis. Aku mulai menyiapkan rumah geometri sebagai media belajar Abhi siang ini.

"Abhi, bunda punya mainan nih, yuk main sama bunda" ajakku. Kemudian dia mulai menghampiriku dan duduk didepanku menghadap kotak mainannya. "Berdoa dulu sebelum belajar ya, bismillahirohmanirrohim, Ya Allah Abhi mau belajar memasukkan balok ke lubang yang cocok" ajakku padanya.


Aku mulai memperlihatkan bagaimana bermain yang benar, cara memasukkan balok yang mudah dan benar. Aku ulang sampai dua kali dengan tujuan Abhi mengingatnya dan bisa sendiri. "Sekarang Abhi yang coba ya." kataku padanya.


Mulai dia mengambil kubus warna biru, diputar-putar dengan kedua tangannya diamati kemudian dimasukkan ke lubang. Namun lubang yang dia masukkan tak sesuai dengan bentuk kubus itu, dia pun langsung melepaskan dan beranjak dari tempat duduknya. Abhi terkadang tidak sabar dan pergi jika menghadapi sebuah kesulitan.

Sebuah kesempatan dimana aku memotivasi bahwa dia bisa dengan mencoba lagi dan lebih tenang. Disini tidak hanya belajar tetang kognitif namun juga mengendalikan emosi, karena belajar membutuhkan sikap yang tenang dan tidak mudah menyerah. Sebagai patner belajar Abhi, aku harus menjadi cheerleaders yang menyemangati dia.

Kesuhan dia saat memasukan balok ke lubang terkadang membuat dia jengkel dan kabur meninggalkan media belajaranya. Mengatur suasana hati, mengembalikan suasana hati yang malas karena tidak bisa-bisa menjadi menumbuhkan rasa ingin mencoba lagi sampai bisa, menurutku kegiatan ini juga bagian dari meningkatkan kecerdasan emosional. Dimana anak harus bisa mengendalikan dirinya saat sedang belajar.

Result
⭐⭐
Rumah balok maian kesukaan Abhi yang bisa dieksplor untuk meningkatkan beberapa kecerdasan.

Ada beberapa rencana family project yang aku buat untuk menajamkan fokus, mengelola emosi dan menumbuhkan jiwa sosial Abhi dengan sering membuat kegiatan berinteraksi dengan anak-anak.







#hari1
#T10hari
#gamelevel3
#bunsayjateng
#meningkatkankecerdasananak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional


You May Also Like

1 komentar

  1. Pernah belajar Montessori, tapi masih praktek sedikit nii karena dulu belajar waktu Queen baru lahir, semoga bisa niru mbak oky..😍 tulisannya menginspirasi mbak

    BalasHapus