Memahami Gaya Belajar Anak Dengan Menerapkan Teknik Komunikasi NLP
IQRO’
Hari Kamis manis ini sekolah Abhi dimulai dengan mengaji.
Huruf hijaiyah sering saya ajarkan dengna nyanyian dan melihat poster yang
tertempel di dinding. Kali pertama ini Abhi belajar bahasa arab menggunakan
buku iqro’. Sampailah pada giliran Abhi
menghadap Ibu guru.
“Yuk mas Abhi ngaji dulu” kata Ibu guru pada Abhi, saya
lantas menyandingkan Abhi di sebelah Ibu guru. Abhi langsung meronta tak mau. “Ini
ngaji alif ba ta kayak bunda kalau nyanyiin Abhi alif ba ta(sambil sedikit
bersenandung)” rayu saya pada Abhi. Kemudian ABhi mulai diam dan tenang mau
duduk di sebelah Ibu guru.
IQRO' |
“A, A… Ba... , Ba… A… Ba…” lantunan suara Ibu guru. Abhi mau
menyimak sesekali dia menoleh kanan dan kiri.
Ibu guru lanjut membacakan surat Al Fatihah dan hadist.
Sampai pada bacaan hadist Abhi sudah tidak mau duduk dan saya mempersilakannya
berdiri bermain di playground. Konsentrasi Abhi sudah mulai ada peningkatan.
Belum puas dan rasanya tak pernah puas dia bermain di area
playground, kelas akan di mulai murid-murid harus berkumpul di depan kelas.
Kegiatan senam dimulai, beberapa hari yang lalu Abhi rewel saat senam dimulai.
Mulai dari nangis tidak mau berada dalam barisan. Tidak mau ikut senam dan lari
kea rah play ground. Mau berada dalam barisan senam namun minta jajan.
Senin yang lalu Abhi makan jajan saat kegiatan senam, Selasa
dia minta jajan saya berikan namun tidak saya bukakan. Saya melatih Abhi untuk focus
dan sedikit demi sedikit mengurangi apa yang menjadi mengganggu fokusnya. Hari Rabu
Abhi mau barada dalam barisan senam dan mengikuti bacaan doa tanpa makan jajan.
Kemajuan hari kamis ini Abhi tidak minta jajan dan mau memperhatikan Ibu guru
memperagakan gerakan senam. Dia pula melihat temannya senam tanpa meninggalkan
barisan. Abhi keluar dari barisan saat senam sudah selesai.
Peningkatan focus dan konsentrasinya ini tak lepas dari
komunikasi saya kepada Abhi dengan menggunakan Neuro Linguistic Programming.
Saat golden time bersamanya, kami saling bertatapan dengan wajah ceria saya
bicara kepada Abhi untuk nurut atau menuruti perintah saya. Saya sampaikan pada
Abhi kalau sekolah tidah usah menangis, mendegarkan Ibu guru dan mau belajar,
serta bermain bersama teman-temannya.
Bicara kepada anak yang susah berkonsentrasi ini harus dengan
eye contact(kontak mata). Komunikasi empat mata pada suasana menyenangkan
dengan mimik muka yang bahagia mampu masuk ke dalam otak dan alam bawah sadar
anak. Sehingga anak akan paham apa yang kita sampaikan. Biasa disebut dengan
komunikasi dari hati. Ketika menjelang anak akan tidur malam saya juga sering
menyampaikan padanya untuk bias tenang di sekolah, tidak usah nangis dan
lainnya. Gunakan kalimat-kalimat positif untuk membakar semangat anak.
Sungguh susah diterapkan memang, namun tidak ada salahnya
dalam satu hari harus ada golden time bersama anak. Berbagai manfaat yang bisa
dipetik dengan golden time ini. Selamat mencoba.
Kunci berkomunikasi pada anak menurut saya adalah
- Mencari waktu yang tepat (golden time)
- Eye contact(kontak mata)
- Orang tua memasang mimik wajah yang bahagia
- Menggunakan kalimat positif
- Intonasi yang ramah dalam berbicara
- Artikulasi yang jelas ketika berbicara
- Memberikan dinamika saat berbicara
- Membakar semangat anak
Banyak hal yang mempengaruhi fokus anak usia balita seperti
Abhi. Mulai dari rentang konsentrasi anak yang memang belum lama dan lingkungan
yang memungkinkan menimbulkan kebisingan. Pada anak dengan gaya belajar
auditori dan kinestetik seperti Abhi kebisingan merupakan gangguan terbesarnya
sehingga dia sering hilang fokus.
Pengamatan Gaya Belajar Anak
Visual : Abhi melihat buku iqro’ saat Ibu guru membacakan
huruf hijaiyahnya.
Abhi memperhatikan Ibu guru memperagakan gerakan senam. Dia
pula melihat temannya senam tanpa meninggalkan barisan.
Auditori : Abhi mau menyimak bacaan iqro’ dari Ibu guru sesekali
dia menoleh kanan dan kiri.
Abhi mau mematuhi perintah saya tetap berada dalam barisan
senam dan melihat peragaan dari Ibu guru dan teman-temannya.
Kinestetik : -
0 komentar