Menstimulasi Gaya Belajar Anak Dengan Teknik Neuro-Lingiustic Programming

by - Juli 21, 2019

Mengumpulkan Sampah Sambil Berhitung



Collect Garbage , Save Eart


Terasa enak badan sehabis dipijat Abhi lelarian girang ketika melihat pintu rumah dibuka. Dedaunan menguning berjatuhan terkena angin sejuk dipagi hari. Saya masuk ke dalam rumah mengambil plastik tak terpakai. Saya mengajak Abhi untuk mengumpulkan daun dari pohon kersen yang berserakan di halaman. Saya merangkul Abhi dan memperlihatkan memunguti daun satu persatu ke dalam plastik sambil berhitung.



"Abhi lihat apa sih?" tanya saya pada anak tersayang ini. "Oh, lihat daun gerak-gerak, daunnya gerak kena angin ya" tegas saya padanya. "Yuk sekarang dengerin bunda, nurut saya bunda ya, kumpulin daun ini masukin ke plastik" perintahku pada Abhi.



Tiga kalimat di atas saya sampaikan pada Abhi merupakan aplikasi penggunaan diksi pada modalitas gaya belajar menggunakan kajian teknik Neuro-Linguistic Programming (NLP)  disertai intonasi yang lembut. Pada kesempatan ini pula saya akan sedikit mengulasnya, tetap baca sampai akhir ya.



Lanjut ke aktifitas saya dan Abhi dahulu, oke.


Seraya Abhi memasukkan daun satu persatu pada plastik saya berkata "Saatuuu.... duuuaaa.... tiiigaaaa...." dan seterusnya sampai hitungan sepuluh.

Belum sampai hitungan kesepuluh Abhi sudah mau pergi, saya berkata "sampai sepuluh dulu baru boleh pergi". Kemudian dia mau melanjutkan mengumpulkan daun lagi.


Genap sepuluh daun yang dia kumpulkan saya pun memperbolehkan dia lelarian lagi. Beberapa menit kemudian saya minta mengumpulkan daun lagi hingga hitungan kesepuluh.


"Ayo ambil daun lagi, masukkan ke plastik lagi" ajak saya. Kembali berhitung sampai hitungan ke sepuluh lalu dia lelarian lagi.





Kegiatan yang saya berikan kali ini sangat sederhana, mengenalkan daun kering yang jatuh itu sampah yang harus dikumpulkan setelah diolah bisa jadi pupuk. Mengajarkan berhitung dengan contoh nyata. Mengajarkan untuk peduli pada lingkungan.


Pengamatan Gaya Belajar Anak


👀 Visual : Abhi memperhatikan contoh yang saya berikan saat mengumpulkan sampah ke dalam plastik.

👂Auditori : Abhi mendengarkan instruksi yang saya berikan dan mau bersabar sampai sepuluh helai daun dapat terkumpul

🤸 Kinestetik : Menjumput daun satu-persatu dan memasukkan dalam wadah plastik yang saya siapkan
Abhi beberapa kali terdistraksi dengan pengendara motor yang lewat di jalan depan rumah.




Mengenal Bermacam Alat Trasportasi




Abhi yang tak kunjung tidur di saing bolong. Hari kedua dia tak melihat tayangan telivisi jadi kegundahannya pun mulai terlihat. Ketika melihat gawai dia teringat Ipin Upin dan meminta diputarkan videonya. Saat melihat televisi dia mencari remot namun tak satu pun orang dewasa di sekitarnya memenuhi kemauannya.



Beberapa mobil-mobilan saya jejer di lantai untuk menarik perhatiannya. Akhirnya dia mendekati saya tertarik pada miniatur helikopter kesayangannya. Yah, helly dari kartun Robocar Polly. Tokoh yang sangat ia gemari, imut ekspresi wajahnya dan bisa terbang ke langit ketika baling-balingnya bergerak. "Helly terbang di langit ya mas Abhi, Abhi pengin jadi pilot? cakap saya pada Abhi. Dan Abhi menjawab "tebang" kata yang diucapkan dari mulut mungilnya. Saya menyuruh Abhi menggerakkan baling-baling si helly.



"Ini apa? truk molen" kata saya pada Abhi. Moda trasportasi ini kurang akrab dengan Abhi. Saya jelaskan apa itu truk molen.

"Truk molen itu isinya pasir, semen, batu kecil-kecil dicampur diputar-putar di dalam sini" terang saya pada Abhi. "Trus jadi apa? jadi adukan buat bangun rumah" lanjut saya. "Truk molen jalannya dimana bi? di tanah di jalan raya", terang saya pada Abhi.


Semakin asing ditelinga Abhi, tak apa sebagai pengenalan. Nanti juga dia akan tertarik karena bisa digerakkan. Dan benar, Abhi mulai tertarik pada bagian truk yang bisa diputar. Apa lagi truk ini berwarna orange salah satu warna ngejreng favoritnya.


Lalu kereta api, kalau yang satu ini sering dimainkan oleh Abhi. Dia akan tersenyum sendiri ketika melihat wajah dari kereta api yang bernama Thomas ini.


"Ada matanya ya" cakap saya saat dia melihat bagian wajah Thomas. "Ini hidung, mulut, mata" kata saya sambil menunjuk. "Kereta api bunyinya gimana sayang? Tut tut dugjes dugjes(lanjut bernyanyi lagu ke Bandung naik kereta api)" penjelasan yang membuat Abhi manggut-manggut.


PAda kegiatan ini saya menjelaskan fungsi, bentuk, warna, bisa dijumpai dimana. Ya dengan bahasa yang ringan dan singkat layaknya ngobrol bersama anak-anak. Gaya belajar Abhi kali ini cenderung auditori.


Pengamatan Gaya Belajar Anak



Visual : Abhi memperhatikan ketika saya memutar-mutar truk molen.

Auditori : Abhi mendengarkan penjelasan saya dan berkata "terbang" ketika saya memegang helikopternya.


Kinestetik : Sedikit gerakan seperti memutar truk molen, memutar baling-baling helikopter dan memainkan kereta api di lantai.









Ketertarikan Pada Neuroscience dan teknik-teknik Neuro-Linguistic Programming (NLP)



Apakah yang dimaksud dengan NLP? NLP adalah ilmu yang mempelajari kerja pikiran sadar dan bawah sadar, serta mempelajari bagaimana linguistik mempengaruhi kerja syaraf untuk membentuk program-program bawah sadar yang mempengaruhi perilaku. Bahasan tentang kajian ini masih sangat asing bagi saya yang belum banyak membaca buku parenting. Setelah mengulik lebih dalam ternyata begitu besar manfaatnya.

Saya menangkap bahwa NLP yang digunakan disini untuk lingkup parenting adalah bahasa atau lisan yang sering kita ucapkan sehari-hari kepada anak itu sanagt berpengaruh terhadap perilakunya.

Penggunaan Kata-kata Modalitas Belajar/Sistem Representasi (Visual, Auditori, dan Kinestetik).


Selama proses belajar mengajar berlangsung, guru memilih diksi (pilihan kata) yang bervariasi, terutama dalam menyangkut tiga modalitas belajar siswa. Setiap siswa memiliki modalitas (gaya belajar) yang berbeda￾beda, mungkin ada siswa yang memiliki modalitas belajar visual, auditori, atau kinestetik.



 Siswa yang memiliki modalitas belajar dengan gaya visual maka pelajaran akan mudah diserap oleh siswa yang bersangkutan jika gurunya sering menggunakan kata-kata yang berkategori visual (berhubungan dengan indera mata/penglihatan), misalnya: melihat, membaca, memandang, menatap, tampak, kelihatan, terlihat, dll.



Siswa yang memiliki modalitas belajar auditori (indera telinga/pendengaran) maka pelajaran akan mudah diserap apabila gurunya sering menggunakan kata-kata yang berkategori auditori, misalnya: mendengar, sayup-sayup, berisik, ribut, ramai, percakapan, bercakap-cakap, terus terang, menjelaskan, dll.




Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik (gerakan dan perasaan) maka pelajaran akan mudah diserap melalui kata-kata yang diucapkan guru berkategori kinestetik, misalnya: bergerak, berpikir, pendiam, bertahan, beraktivitas, merasakan, dll. Dalam prakteknya, ketiga kelompok kata-kata berdasarkan modalitas tersebut, penggunaannya divariasikan, artinya, pada saat mengajar guru menggunakan pilihan kata ketiganya secara bervariasi sehingga semua murid yang memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda dapat terlayani oleh penjelasan guru. Dalam hal ini, guru dituntut kreatif dalam mengombinasikan penggunaan tiga modalitas belajar (visual, auditori, kinestetik). Contoh: Dalam pembelajaran guru menggunakan kalimat seperti berikut: “Anak-anak pada kesempatan ini ibu akan menjelaskan pengertian tentang……dst. Oleh karena itu, Ibu mohon perhatian kalian untuk mendengarkannya dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan ya….”



Kata menjelaskan dan kata mendengarkan termasuk modalitas auditori, kata perhatian, termasuk modalitas visual, dan kata perasaan termasuk modalitas kinestetik. Penggunaan ketiga modalitas tersebut tidak harus terdapat semuanya dalam sebuah kalimat, yang penting ketiga modalitas tersebut secara seimbang dapat digunakan guru selama PBM. Selain melalui penggunaan modalitas dalam bentuk verbal (melalui kata-kata), gerak (bahasa tubuh) dapat dilakukan, misalnya, ketika guru mengatakan kata mendengarkan maka disertai dengan gerakan tangan yang menunjuk ke arah telinga, demikian juga pada saat mengatakan kata berkata, maka tunjukkan tempat kata-kata itu keluar (menunjuk ke arah mulut), atau pada saat mengatakan melihat maka tangan guru menunjuk ke arah mata. Selain itu, ketika mengucapkan kata-kata yang sekiranya dapat disertai dengan gerakan tangan atau anggota tubuh yang lain maka hal itu lebih baik, misalnya ketika menjelaskan guru mengatakan kata gerak atau pindah maka guru harus bergerak atau sambil berjalan, dst.



Pemanfaatan kata-kata verbal dan bahasa tubuh merupakan pemanfaatan bahasa (neurolinguistic) dalam istilah Neurolingistic Programming. Jadi pemrograman bukan hanya bisa dilakukan melalui kata-kata, tetapi juga bisa dilakukan melalui bahasa tubuh.




Mengombinasikan antara perkataan/bahasa verbal dengan bahasa tubuh, menurut penelitian dalam psikologi menyebabkan komunikasi dua arah berjalan lancar dan mudah diterima oleh lawan bicara. Meharabien (Elfiky, 2000: 118) mengungkapkan bahwa keberhasilan sebuah komunikasi ditentukan oleh penggunaan bahasa verbal (kata-kata) sebanyak 7%, penggunaan vocal/intonasi berpengaruh sebanyak 38%, sedangkan visual/yang terlihat melalui bahasa tubuh berpengaruh sebanyak 55%. Oleh karena itu, maka pada saat berkomunikasi dengan memaksimalkan ketiga hal tersebut (verbal, visual , dan vocal) komunikasi akan berjalan dengan sempurna.Contoh kata-kata berdasarkan sistem representasi (modalitas seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.


Sistem Representasi



Menurut saya mengkombinasikan teknik komunikasi produktif dengan pendekatan NLP akan sangat efektif hasil yang didapatkan. Ketika diksi yang kita pakai tepat dan sekaligus dapat menstimulasi anak. Karena pada anak usia dini stimulasi gaya belajar yang sangat dibutuhkan oleh anak.










Sumber Literasi :


Wikanengsih.2012.Jurnal Ilmiah MENERAPKAN NEUROLINGUISTIC PROGRAMMING (NLP) DALAM
PEMBELAJARAN


You May Also Like

0 komentar