Air Bisa Keluar Dari Lubang Kecil

by - September 17, 2019




Anak kecil akan suka kegiatan bermain dengan air atau basah-basahan. Abhi anak sulungku sering ikut saya berwudhu hingga bajunya basah dari atas sampai bawah. Hari ini saya berencana memberikan sebuah permain air yang berfaedah. Mengamati sifat air sekaligus belajar berwudhu.


Saya buat lubang di wadah plastik bekas wadah jajan si kecil. Wadah ini saya peruntukkan sebagai tempat air wudhu dia. Kenapa wadahnya kecil, karena kebutuhannya air untuk berwudhu masih sedikit dan supaya badannya tidak basah dengan aliran air yang kecil. Aktifitas mengamati aliran air dam belajar wudhu ini dalam rangka stimulasi matematika logis dikegiatan sehari-hari si sulung.

"Bhi, bunda punya apa ini?"

"Gelas ya, bentuknya ini apa lingkaran"

"Eh, bawahnya ada lubangnya"

"Yuk diisi air buat wudhu abhi, ini bunda mau solat dhuhur"

Abhi mengambil tempat di dekat pancuran yang saya buat.

"Wudhu mulai dari cuci tangan 3x, kumur-kumur 3x" sambil mengajarkan urutan berwudhu dan menghitung sudah berapa kali membasuh anggota tubuh.

Selesai berwudhu, "Liat bhi airnya keluar dari lubang ini ya, trus jatuh ke bawah."

"Ini airnya yang keluar masuk ke ember hijau ya, jadi air yang di gelas habis ya"


Beberapa dialog saya menjelaskan tentang sifat air yang mengalir dari tempat tinggi ke rendah, air mengalir ke segala arah, air keluar dari celah kecil dan air yang memberi kesegaran serta fungsi air untuk berwudhu.


Ada beberapa langkah untuk mengajarkan anak tentang matematika logis diusia dini seperti si sulung saya ini.



1. Melalui kegiatan yang konktret dan dapat dilihat langsung. 

Anak dapat dilatih untuk membuat hubungan sebab-akibat jika dapat dilihat secara langsung. Dalam proses belajar matematika logis ini hendaknya anak dapat berinteraksi dengan benda-benda, bermain, dan melakukan eksplorasi agar mereka memperoleh pengalaman langsung.

Dari kegiatan belajar berwudhu, abhi belajar tentang sifat air secara langsung melihat aliran air yang keluar dari lubang suatu wadah. Abhi berinteraksi langsung seperti mengisi ulang wadah ketika air habis mengalir ke bawah. Suasan bermain yang enjoy untuk anak belajar.


2. Sebuah pembelajaran yang bersifat pengalaman dimana menekankan pada proses mengenalkan anak dengan berbagai benda, fenomena alam, dan fenomena sosial. 

Fenomena tersebut akan mendorong anak tertarik terhadap berbagai persoalan, sehingga ia ingin belajar lebih lanjut.

Ketika anak mempunyai pengalaman yang asyik ketika belajar sifat air yang merupakan fenomena alam yang natural, anak akan terdorong untuk bermain sekaligus belajar lebih tentang fungsi dan keunikan tentang air itu sendiri.


3. Seimbang antara kegiatan fisik dan mental dalam pembelajaran sains kegiatan anak berinteraksi dengan benda dikenal dengan hans on science. 

Anak dapat menggunakan kelima indranya untuk melakukan observasi terhadap berbagai benda, gejala benda dan gejala peristiwa.
Selanjutnya dapat memberikan pertanyaan untuk menstimulasi anak agar dapat berfikir lebih jauh berdasarkan hasil pengindraanya. Proses berfikir tersebut dikenal dengan minds-on. Oleh karena itu sebaiknya mendesain kegiatan pembelajaran sedemikian rupa agar kegiatan hands-on dan minds-on dapat seimbang.

Ketika anak berinteraksi langsung dengan air, lubang suatu wadah, ember, kran air, dia belajar dari tanggan dan mengobservasi dengan indera penglihatan. Selama proses observasi dan menjelaskan tetang aliran air dan urutan berwudhu, saya sisipkan pertanyaan-pertanyan, ya walaupun masih saya jawab sendiri dengan tujuan memgajarkan Abhi tentang berpikir kritis ketika melihat sesuatu hal.


"kita tidak bisa menyelesaikan masalah kita dengan pemikiran yang sama yang kita gunakan saat kita membuatnya. -Albert Einstain- "


4. Memberikan kegiatan sesuai tingkat perkembangan anak. 

Pembelajaran untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun dengan kebutuhan individual anak. Pada umumnya, anak normal pada usia yang sama memiliki tingkat perkembangan yang sama. Oleh karena itu, pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkup maupun tingkat kesulit

You May Also Like

0 komentar