Berbaris dan Berhitung
Esensi Sebuah Permainan Pada Anak
Anak seusia anak saya belum waktunya untuk menggegas agar dia bisa menghitung sesuatu. Kegiatan matematika logis yang saya berika padanya pagi ini untuk mengenalkan konsep perhitungan yang sederhana. Menggunakan esensi bermain saat mengenalkan konsep perhitungan pada anak.
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi. Kegiatan pembelajaran atau stimulasi disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan dan demokratis, sehingga anak tertarik untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Esensi bermain pada anak harus meliputi perasaan yang menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat aktif. Jadi prinsip bermain sambil belajar mengandung arti bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus menyenangkan, gembira, aktif dan demokratis.
Belajar dari benda konkret
Belajar dari benda konkret Mengajarkan angka 1, 2, dan 3 akan lebih baik jika berkoresponden dengan benda, misalnya 1 dengan 1 biji, 2 dengan 2 biji dan 3 dengan 3 biji. Perkembangan indranya yang pesat dan tenaganya yang tak pernah habis memungkinkan anak-anak pada tahap ini untuk selalu bergerak, membongkar pasang sesuatu, dan menyelidiki sesuatu.
"Bhi, lihat bunda punya buah kersen"
"Kecil" jawab Abhi spontan sambil memegang dengan dua jarinya.
"Yuk belajar berhitung, 1" sambil saya letakkan 1 biji buah kersen.
"2" saya tata di bawahnya seperti berbaris sebanyak 2 biji buah kersen, dan seterusnya saya tata buah kersen hingga angka 5.
"Coba dijilat yang dipegang Abhi, manis ya"
"Bentuknya apa buah kersen ?"
"Bulat"
"Baunya baunya, wangi ya, bau kersen wangi"
"Kersen ini ciptaan Allah"
Selain menjelaskan tentang ilmu pengetahuan seperti matematika logis, kita juga bisa menyisipkan aspek spiritualitas bahwa tumbuhan ini ciptaan Allah. Aspek pesan moral pun dapat juga kita sampaikan, "Abhi harus sayang tanaman, karena ciptaan Allah dan enak dimakan."
"Bhi, lihat bunda punya buah kersen"
"Kecil" jawab Abhi spontan sambil memegang dengan dua jarinya.
"Yuk belajar berhitung, 1" sambil saya letakkan 1 biji buah kersen.
"2" saya tata di bawahnya seperti berbaris sebanyak 2 biji buah kersen, dan seterusnya saya tata buah kersen hingga angka 5.
"Coba dijilat yang dipegang Abhi, manis ya"
"Bentuknya apa buah kersen ?"
"Bulat"
"Baunya baunya, wangi ya, bau kersen wangi"
"Kersen ini ciptaan Allah"
Sesuai Gaya Belajar Anak
Gaya atau modalitas belajar dan tipe kecerdasan anak yang berbeda menyebabkan anak-anak belajar dengan cara yang berbeda. Selain tipe kecerdasan yang dimiliki sejak lahir, cara anak belajar juga dipengaruhi oleh modalitas belajarnya. Bagi anak saya yang memiliki gaya belajar kinestetik dan indera peraba yang belum maksimal, ia lebih baik belajar dengan cara membongkar pasang, mengamati, dan menyentuh objek yang dipelajari secara langsung dengan membuang energinya yang berlebih. Sebaliknya bagi anak yang memiliki kemampuan pendengaran baik, ia belajar secara auditif. Sedangkan anak yang memiliki modalitas penglihatan, ia akan belajar secara visual, seperti membaca dan mengamati gambar.Kontekstual dan multikonteks
Kegiatan stimulasi anak usia dini harus kontekstual dan menggunakan banyak konteks. Kegiatan menata dan menghitung buah kersen yang saya lakukan berserta si kecil ini masih dalam konteks stimulasi matematika logis dengan benda konkret. Untuk multikonteksnya selain belajar membilang, berhitung dan mengasah motoriknya, kegiatan ini juga untuk mendekatkan anak pada alam, tumbuhan dan meningkatkan kemampuan berbahasanya dari tanya jawab.Terpadu
Pembelajaran atau stimulasi pada anak usia dini sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi. Anak sebaiknya tidak hanya belajar mata pelajaran tertentu, seperti IPA, Matematika, Bahasa secara terpisah, tetapi fenomena dan kejadian yang ada disekitarnya. Dari stimulasi menggunakan buah kersen ini anak dapat belajar berhitung (matematika), mengenal tumbuhan (IPA), mengenal bahwa benda yang jatuh pasti ke bawah, mengenal rasa manis, mengenal warna, mengenal bau khas dari suatu buah-buahan. Dan juga aspek bahasa pada anak otomatis akan terasah ketika mendengar penjelasan dari saya.Selain menjelaskan tentang ilmu pengetahuan seperti matematika logis, kita juga bisa menyisipkan aspek spiritualitas bahwa tumbuhan ini ciptaan Allah. Aspek pesan moral pun dapat juga kita sampaikan, "Abhi harus sayang tanaman, karena ciptaan Allah dan enak dimakan."
0 komentar