Mengajarkan Nilai Ibadah Pada Anak Sejak Dini
Mengajarkan Nilai Ibadah Pada Anak Sejak Dini
Abhi merupakan seorang anak yang berkemauan kuat, dan dia tau benar apa yang diinginkan. Abhi mudah tantrum, setiap kali mempunyai keinginan pasti akan berudaha maksimal untuk mendapatkannya, namum disaat dilarang pasti amarahnyapun akan totalitas keluar. Ada sebuah keuntungan anak yang punyai kemauan kuat bahwa dia tidak mudah putus asa dikemudian hari. Saat menjumpai anak yang sedang dalam keadaan amarah, biasanya seorang ibu akan tidak mau mengalah dengan anak dan ibu selalu menang dan benar. Semua itu terjadi jika ibu tersebut belum mengenal baik anaknya, belum bisa berkomunikasi secara efektif kepada anak dan mempelajari ilmu parenting yang belum dalam atau masih kulitnya saja. Dan ini yang terjadi pada saya sebelum mengenal ilmu parenting dengan baik. Yang membuat rasa bersalah saya kepada anak karena belum bisa mengenal dengan baik dia dan belum bisa menerapkan nilai-nilai dalam berkomunikasi produktif dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu akan menjadi pembelajaran berharga bagi saya selaku menjalakan peran seorang ibu.
Belajar Wudhu yang Asyik
Ketika adzan dhuhur dari pengeras suara mushola dikumandangkan, sayapun beranjak dari tempat duduk dan mengambil wudhu. Abhi yang mempunyai hobi mengalirkan air dari kran, sensitifitasnya terhadap gemericik air dengan sekejap sudah berada disamping saya dan ingin ikut bermain air. Biasanya saya melarang dia untuk mendekati air, menyuruh menjauhi saya saat wudhu dengan alasan bajunya nanti basah. Namun saya seketika sadar kapan lagi anak mau diajarkan tentang cara beribadah, paling tidak dia tau kalau air itu fungsinya tidak hanya untuk mandi dan minum, melainkan untuk berwudhu sebelum mengerjakan sholat. Saya sadar betul jika mengajarkan anak tentang nilai-nilai agamapun harus sejak dini supaya terpatri dalam hati dan perilakunya. Mengajarkan sesuatu kepada balita mempunyai tantangan tersendiri, membuat anak tertarik kepada aktifitas yang kita ajarkan, memberikan pemahaman tentang apa aktifitas tersebut, membuatnya mau melakukan dengan benar dan hingga menjadi sebuah kebiasaan baik.
Dan perbincangan kami dimalui saat Abhi datang menghampiri saya yang berwudhu. "Abhi mau suka main air ya, tapi ini bunda lagi tidak main air, bunda mau wudhu." penjelasanku pada dia. Abhi menengadahkan kepalanya melihat kearahku yang masih tangaannya berada di bawah aliran air kran tempat saya akan wudhu.
"Bunda wudhu dulu ya nanti gantian Abhi." perintahku dengan halus. Namun tangannya tetap berada di bawah aliran air yang menyebabkan beberapa kali menghalangi air jatuh langsung ke tubuh saya yang mengakibatkan wudhu saya batal dan harus mengambil wudhu lagi. Kejadian ini berlangsung agak lama hingga baju dan celana Abhi menjadi basah kuyup.
Sayapun menghela napas untuk mengendalikan emosi, sabar nanti baju bisa dicuci bersih lagi, ini mumpung anaknya tertarik diajarkan, tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan baik.
Masih dengan nada ramah, saya mulai mengajarkan tahap berwudhu kepada Abhi. "Yuk Abhi wudhu, muka dulu 3kali, tangan 3 kali, kepala 3 kali, kaki 3 kali." saya masih memegangi tangan mungilnya ketika mengajarkan berwudhu. Kegiranganlah dia badannya basah kuyup, lantai sebelah tempat wudhupun basah. Tak apalah gumam dalam hati.
Do'a Bersama Bunda
Kemudian lanjut ganti baju, tak berhenti sampai disini, saya mulai berbicara kepadanya setelah wudhu bunda mau sholat. "Habis ganti baju Abhi, bunda mau sholat, nanti Abhi duduk disamping ya, sabar tidak usah ganggu bunda sholat." kataku pada Abhi.
Ketika saya sholat Abhi memang tidak duduk diam disebelah namun dia asyik main sendiri tanpa mengganggu saya sholat. Setelah saya menengok kanan kiri saat mengucapkan salam tanda sholat berakhir, Abhi langsung menghampiri dan duduk dipangkuan saya. Dia sudah hafal kalau bunda berdoa setelah selesai sholat dan biasanya diapun ikut saya ajarkan menengadahkan tangan dan berdoa memohon kepada Allah. "Abhi berdoa dulu ya, ya Allah berikanlah Abhi kesehatan dan kecerdasan, jadi anak yang sholeh, diberi masa depan dan jodoh yang baik, ya Allah aamiin." Doaku bersamanya.
Lantai yang basah, tambahan baju yang kotor karena mengajari dia wudhu terbayar sudah dan hati tak gondok karena hal itu. Tantangan demi tantangan harus saya siasati, melebur bersama anak terhadap proses belajarnya. Sedikit demi sedikit mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang harus dikuasai untuk bekal menghadapi tantangan dunia saat dia dewasa.
Kaidah dalam komunikasi produktif yang saya terapkan sebagai berikut:
✓ Mengendalikan emosi
✓ Keep information short and simple
✓ Menggunakan intonasi yang ramah
✓ Kaidah 7-38-55
✓ Mengatakan keinginan
✓ Choose the right time
✓ Observasi
Result
⭐⭐⭐⭐⭐Alhamdulillah, masyaAllah respon Abhi baik semoga selalu seperti ini, dan semua ini tak akan berhasil tanpa kuasa Allah. Semoga semua Ibu dimudahkan dalam mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya. aamiin.
#hari8
#T10hari
#gamelevel1
#bunsayjateng
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
0 komentar