Sandal dan Gatal
Sandal dan Gatal
Komunikasi Bersama Anak
Saya adalah orang paling dekat dengan anak, setiap hari saya habiskan bersamanya. Menemani bermain, menyiapkan semua kebutuhannya, mengajarkan semua hal kepadanya termasuk berkomunikasi, namun apakah yang saya lakukan sudah baik dan positif. Sebuah katapun memiliki energi, sudahkah kata-kata yang saya sampaikan ke anak sudah efektif dan menciptakan hubungan yg positif dan baik kepada anak. Setiap kata yang keluar dari bibir kita mempunyai tujuan dan energi.Bunyi klakson dari motor ibu penjual sayur keliling terdengar sampai telinga Abhi, tanpa pikir panjang ditinggalkan mainannya lalu menghampiri saya untuk turun dan keluar rumah bersama. Dia sangat paham bahwa inilah saatnya bermain diluar rumah, ketika matahari belum terlalu terik dan bayang tembok rumah masih memberikan teduhnya. Kugendong Abhi menyusuri tangga sambil menyampaikan sebuah perintah dengan cara halus kepadanya.
"Abhi nanti sebelum main lari-lari pakai sandal dulu ya" kataku. Abhi melihat kearahku dengan tertawa lepas bahagia bisa main diluar rumah.
Saya ambil sandal dan memakaikan dikakinya, geliat tubuhnya tak sabar untuk segera berlari. "Sebentar sayang, kalau gak pakai sandal nanti kakinya tambah gatal." sekecap diam dan pasrah. "Nah pinter anak Bunda, hati-hati kalau ada motor" pujiku.
Rumah kami yg tidak memiliki halaman dan langsung bersebelahan dengan jalan membuat dia bermain dijalan masuk perumahan. Saya mengawasi dia yang berlari kegirangan sembari belanja.
Disini saya tekankan lagi bahwa Bunda punya aturan baik yang harus dipatuhi sama Abhi. Terlihat sepele memakai sandal, namun tidak bagi Abhi karena dia lebih tertarik dengan alam bebas. Sebuah perintah yang diutarakan dengan halus dan menjelaskan manfaatnya menjadikan dia paham dan mau mengikutinya tanpa terpaksa. Kalimat yang jelas, singkat dengan intonasi yg ramah membuat anak tidak tantrum, karena Abhi mudah sekali tantrum.
Nilai-nilai dari komunikasi produktif yg diterapkan
✓ mengendalikan emosi
✓ keep information short & simple
✓ intonasi suara ramah
✓ ganti perintah dengan pilihan
✓ observasi
Result
⭐⭐⭐⭐⭐
Tegas itu perlu namun tidak dengan cara yang kasar dan memaksa.
Komunikasi Bersama Pasangan
Terkejut saya yang biasanya sepulang kerja tanya masak apa, ini tanya kapan saya mau bermalam di rumah orang tua saya. Pertanyaan itu dilontarkan suami saat saya masih cuci piring. Dalam batin sayapun bertanya-tanya, apa ada pendidikan luar kota lagi atau mau nonton saya teman kerjanya makanya saya diantar ke rumah orang tua. Ah buru-buru saya tepis pikiran tak berfaedah dari otak saya. Akhirnya sayapun bertanya balik " memang kenapa yank.?" (sapaan sayang pada suami). Namun dia tak bergeming sepatah katapun.Setelah urusan dapur selesai, kemudian saya menyuapi anak, duduklah kami berhadapan dan suami memulai pembicaraan. Beliau ingin berdiskusi tentang diminggu ketiga bulan ini ada 2hari libur, enaknya bagaimana kita mengatur jadwal, kapan saya dan anak menginap lama di rumah orang tua dan kapan mau ke Solo. MasyaAllah suami sudah menerapkan point komunikasi produktif choice the right time, dengan mengulang bertanya saat saya siap untuk menjawab.
Suamiku idolaku.
#hari7
#T10hari
#gamelevel1
#bunsayjateng
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
0 komentar